ASAS-ASAS PENDIDIKAN BAGIAN 1
TUTWURI HANDAYANI
Asas-asas pendidikan merupakan suatu
kebenaran menjadi dasar atau tumpukan berpikir, baik pada tahap perancangan
maupun pelaksanaan pendidikan. [1]
Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat di didik dan
dapat mendidik diri sendiri. Asas-asas pendidikan itu menuntun dan mengarahkan
kita agar dalam melakukan pendidikan senantiasa tetap memeproleh keberhasilan
ridho dari Allah SWT. Oleh sebab itu, asas-asas pendidikan ini perlu dipahami
oleh mahasiswa mahasiswi calon guru. [2]
Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan nasional. Asas-asas tersebut bersumber dari
pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah perkembangan pendidikan di
Indonesia. Diantara asas tersebut, ada tiga asas yang diuraikan secara
mendetail, yaitu; Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan
Asas Kemandirian dalam belajar. [3]Ketiga
asas itu dianggap sangat relevan dengan upaya pembinaan dan pengembangan
pendidikan nasional, baik masa kini maupun masa datang. Oleh karena itu, setiap
tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas tersebut agar dapat
menerapkannya dengan semestinya dalam penyeleenggaraan pendidikan sehari-hari. [4]
1.
Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini merupakan gagasan yang
mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan
pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan
kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak
menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak
melakukan kesalahan baru pendidik membantunya. Gagasan tersebut dikembangkan Ki
Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. [5]
Dari sisi lain, pendidik
setiap saat siap memberi uluran tangan apabila diperlukan oleh anak.Azas Tut
Wuri Handayani ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono (filusof
dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung
Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso. [1]
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas,
masing-masing sebagai berikut;
a. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di
depan memberi contoh) adalah hal yang baik mengingat kebutuhan anak maupun
pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang guru akan membawa buah pikiran para
muridnya itu ke dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas. Ia menempatkan
pikiran / gagasan / pendapat para muridnya dalam cakrawala yang baru, yang lebih
luas. Dalam posisi ini ia membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan
filosofi semacam ini, siswa (dengan bantuan guru dan teman-temannya )
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi
oleh banyak orang termasuk oleh para ahli.
a. Ing Madya Mangu Karsa (di tengah membangkitkan
kehendak) diterapkan dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau
ragu-ragu untuk mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan
untuk memperkuat motivasi. Dan, guru maju ke tengah-tengah (pemikiran) para
muridnya. Dalam posisi ini ia menciptakan situasi yang memungkinkan para
muridnya mengembangkan, memperbaiki, mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti
pengetahuan yang telah dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang
lebih masuk akal, lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya. Guru mungkin
mengajukan pertanyaan, atau mungkin mengajukan gagasan/argumentasi tandingan.
Mungkin juga ia mengikuti jalan pikiran siswa sampai pada suatu kesimpulan yang
bisa benar atau bisa salah, dsb. Pendek kata, di tengah seorang guru
menciptakan situasi yang membuat siswa berolah pikir secara kritis untuk
menelaah buah pikirannya sendiri atau orang lain. Guru menciptakan situasi agar
terjadi perubahan konsepsional dalam pikiran siswasiswanya. Yang salah diganti
yang benar, yang keliru diperbaiki, yang kurang tajam dipertajam, yang kurang
lengkap dilengkapi, dan yang kurang masuk akal argumentasinya diperbaiki.
c.
Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan). Asas ini memberi kesempatan
anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan melakukan
kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik[2].
Hal itu tidak menjadikan masalah, karena menurut
Ki Hajar Dewantara, setiapkesalahan yang
dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, karena tidak ada pendidik sebagai
pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap
kesalahan yang dialami peserta didik bersifat mendidik. Maksud tut wuri handayani
adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan dan mengarahkan perilaku
dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan adalah sebagai
berikut :
1)
Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan.
2)
Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal didalam mengaktualisasikan
pengalaman belajar.
3)
Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai fisilitator, motivator
dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar.
4)
Dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali,
interaksi pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang berfikir
siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang dilakukan
siswa bervariasi, tetapi tetap dibawah bimbingan guru.
Dalam
kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan
yang ditemui sekarang, yakni:
1) peserta
didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang
diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh
pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.
2) peserta
didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya
agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu
yang diinginkannya.
3) peserta
didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan
untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang
agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri,
4) peserta
didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan
ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar
yang memadai sebagai manusia yang mandiri.Ketiga asas tersebut sebagai
semboyang dalam pendidikan merupakan satu kesatuan asas yang telah menjadi asas penting dalam pendidikan di
Indonesia. Pendidikan juga mengandung makna mengembangkan kodrat alam anak
dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan kehidupan lahir dan bathin
menjadi subur dan selamat, dan perkembangan peserta didik harus senantiasa
diikuti dengan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan.
dengan awas).
Tut
wuri handayani artinya seorang yang harus memiliki keinginan dan bisa
memberikan motivasi kepada orang lain dari belakang. Dalam konteks pendidikan
ini berkaitan dengan peran guru dalam mendorong semangat belajar murid. Kalimat
Tut Wuri Handayani berasal dari gabungan kata Tut Wuri yang berarti mengikuti
dari belakang. Kemudian kata Handayani yang berarti sumbangasih dorongan moral
dan motivasi.Sehingga semboyan tersebut memiliki makna sikap seseorang yang
senantiasa memberikan dorongan moral atau motivasi dari belakang kepada orang
lain. Sebuah dorong moral dan motivasi merupakan salah satu kebutuhan manusia
dalam menjalani hidup. Bila seseorang telah kehilangan motivasi maka dia akan
cenderung melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat. [1]
( By : Fenisya Alfiana )
[1] Umar Tirtarahardja dan S,L.La Solo, Pengantar Pendidikan, ( Cet. 2,
Jakarta,
PT. Rineka Cipta), 2008), h. 117.
[2] Abdul Kadir dkk,Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group,2012),h
107.
[3] Junaid, Hamzan. 2012. Sumber ,Azas dan Landasan Pendidikan. Sulesana.
2 (07). h 94-95.
[4] Umar Tirtarahardja,op.cit. h. 117.
[5] Junaid, Hamzan, Op.cit, h. 95.
0 komentar:
Post a Comment