TEKNIK DAN
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
A.
Pengertian teknik dan keterampilan mengajar
Teknik pembelajaran adalah siasat atau cara yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar untuk dapat memperoleh hasil yang
optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan
metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut.
Teknik Pembelajaran
dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan
suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang jumlah siswanya terbatas.[1]
Istilah mengajar sering digandengkan dengan belajar, sehingga sudah menjadi
satu kalimat majemuk “kegiatan belajar mengajar” (KBM), proses belajar mengajar (PBM) dan untuk
menyebutkan kedua istilah tersebut, saat ini disatukan dengan “pembelajaran”.
Dengan demikian jika disebut “pembelajaran” itu berarti menunjukkan proses
kegiatan yang melibatkan 2 unsur yaitu belajar dan mengajar. Mengajar merupakan
kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh guru, dosen, atau instruktur dalam
mengatur dan mengelolah lingkungan belajar untuk mendorong aktivitas belajar
siswa atau pelajar. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
siswa atau pelajar merespon lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Fokus pembahasan dalam tulisan ini di arahkan pada unsur mengajar,
kalaupun ada unsur belajar dibahas semata hanya untuk mempertegas dan
memperjelas pembahasan mengajar itu sendiri.
Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang
sudah lama (tradisional) sampai pada
pengertian yang terbaru (kontemporer).
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau
pengetahuan dari guru, dosen, atau
instruktur kepada siswa. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut, inti dari
mengajar adalah proses menyampaikan (transfer) atau memindahkan. Memang dalam
mengajar ada unsur menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, atau instruktur
kepada siswa. Akan tetapi pengertian memindahkan tersebut bukan seperti seorang
memindahkan air minum dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Air yang
dipindahkan dari satu cangkir ke cangkir yang lain volumenya akan tetap sama
bahkan karena mungkin terjadi proses penguapan, maka volume air yang
dipindahkan itu akan semakin berkurang (menyusut) dari keadaan sebelumnya. Oleh
karena itu mengajar yang diartikan proses menyampaikan (transfer), maknanya
adalah “menyebarluaskan/memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga dapat
mengembangkan potensi siswa secara maksimal.[2]
Makna lain dari pengertian mengajar
sebagai proses menyampaikan, selain upaya menyebarluaskan dan memperkaya
pengalaman belajar siswa ialah menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Menanamkan satu pohon mangga, maka kemudian akan menghasilkan beberapa cabang
dan ranting dan dari situlah keluar mangga yang banyak. Dari ilustraasi
tersebut bahwa mengajar sebagai proses transfer adalah menanamkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan, sehingga potensi berfikir (pengetahuan), sikap,
keterampilan, kebiasaan dan kecakapan yang dimiliki siswa akan berkembang
secara optimal.
Perkembangan berikutnya pengertian
mengajar, yang kini banyak dianut yaitu suatu proses mengatur dan mengelola
lingkungan belajar agar berinteraksi dengan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Inti pengertian mengajar (tradisonal maupun kontemporer) keduanya
sama yaitu untuk mengubah perilaku siswa, yakni dimiliki dan terkembangkannya
pengetahuan/wawasan berfikir, sikap, kebiasaan, dan keterampilan/kecakapan atau
yang lebih populer perubahan berkenaan dengan: pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perbedaanya terletak pada proses upaya merubah tingkah laku
tersebut. Pandangan lama melalui proses menyampaikan (transfer) yang
kadang-kadang sering diartikan sempit, hanya terbatas sebagai proses
menyampaikan atau memindahkan pengetahuan dan keterampilan saja, sedangkan pada
pengertian yang baru, bahwa perubahan perilaku tersebut dilakukan dengan cara
“mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi dengan siswa”.
Dalam mengajar ada dua kemampuan
pokok yang harus dikuasai oleh guru, dosen, atau instruktur, yaitu: 1)
menguasai materi atau bahan ajar yang diajarkan (what to teach), 2) menguasai metodelogi atau cara untuk
membelajarkannya (how to teach).
Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek nomor 2, yaitu cara
membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan
dikuasai oleh setiap guru, dosen, atau instruktur, karena mengajar bukan
sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut aspek yang
lebih luas seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan
nilai-nilai.[3]
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau
keterampilan yang khusus (most spesifis
instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, atau
instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan
professional. Dengan demikan
keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau
keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan
diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, atau instruktur dalam melakasanakan
tugasnya.[4]
B.
Keterampilan dasar mengajar
1. Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang
selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk dalam komunikasi pembelajaran.
Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan
bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas.
Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di
kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di
kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan
sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan
kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa
sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas
proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.
Keterampilan bertanya dibedakan atas
:
Keterampilan bertanya dasar : mempunyai beberapa komponen yang perlu
diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan,
Ketrampilan bertanya lanjut : lanjutan dari bertanya dasar yang
mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa.
Tujuan-tujuan
dalam memberikan pertanyaan adalah:
a.
Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
b.
Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
c.
Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
d.
Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
e.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
f.
Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
g.
Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
h.
Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.
2. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal
ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan
balik (feed back) bagi si penerima
atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan
respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penggunaan
penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif
terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa
terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan
meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif.
Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu
dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat
memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis. Komponen-komponen itu
adalah : [5]
Penguatan verbal : diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian,
penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
Dan penguatan non-verbal : terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan
badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang
menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh.
Penggunaan penguatan secara evektif
harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan,
dan menghindari penggunaan respons yang negatif.
3. Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah memberikan
respon yang bervariasi (berbeda atau berganti-ganti). Melalui variasi stimulus
ini dimaksudkan untuk menjaga agar suasana pembelajaran selalu menarik, tidak
membosankan, sehingga siswa selalu menunjukkan sikap antusias, bergairah, penuh
perhatian, dan selalu berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan
dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau
komponen, yaitu :
1.
Variasi dalam pola interaksi pembelajaran.
2.
Variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran.
3.
Variasi penggunaan metode serta gaya mengajar.
4. Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan
dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan
adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan
akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan
yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan
merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi
di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga
pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta
didik. Adapun terdapat komponen-komponen keterampilan dasar mengajar
menjelaskan adalah sebagai berikut:[6]
1.
Komponen merencanakan
2.
Penyajian suatu penjelasan
3.
Pemberian tekanan
4.
Penggunaan balikkan
Tujuan
Keterampilan Menjelaskan
1.
Membimbing peserta didik memahami materi yang dipelajari.
2.
Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah.
3.
Memberi balikan kepada peserta didik mengenai tingkat pemahamannya, dan
untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4.
Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran,
serta menggunakan bukti-bukti dalam pmecahan masalah.
5.
Menolong peserta didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan
prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka
pelajaran (set induction) ialah usaha
atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menciptakan prakondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada
apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar. Adapun tujuan membuka pelajaran antara lain,
yaitu :
1)
menarik perhatian siswa;
2)
menumbuhkan motivasi belajar siswa;
3)
memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan.
Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Tujuan kegiatan menutup pelajaran yaitu untuk
memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai hasil belajar yang telah dikuasainya.
Kegiatan-kegiatan dalam menutup pelajaran misalnya : merangkum atau membuat
garis besar permasalahan yang dibahas, memberikan tindak lanjut, dan lain-lain.
6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok
Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses
yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan,
atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan
siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses
yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih
bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya
ketrampilan berbahasa.
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam
melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen
ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal (bersifat prefentif)
berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan
pelajaran, dan bersifat represif keterampilan yang berkaitan dengan respons
guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan
belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu
siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Pengelolaan kelas tidak hanya
berwujud pengaturan ruangan dan tempat duduk,akan tetapi juga dalam bentuk
interaksi yang baik dengan siswa, dan penciptaan hubungan guru dan siswa, dan
hubungan antara siswa yang baik. Perwujudan pengelolaan kelas yang baik adalah
terciptanya kondisi yang optimal untuk proses belajar-mengajar yang efektif.
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini
ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil,
dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya
hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi,
keterampilan mengorganisasi,
keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, dan
keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Pentingnya Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, terutama Pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara itu, tenaga
pendidik adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Dengan munculnya UU ini guru/dosen sudah diakui sebagai tenaga
professional setara dengan profesi lain. Yang dimaksud profesional di sini
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Karena sebagai tenaga profesional,
maka seorang pendidik harus mempunyai kompetensi tertentu disyaratkan.
Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut UU seorang pendidik harus mempunyai
empat kompetensi, yaitu pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional.
Kompetensi pedagogis adalah
kemampuan seorang pendidik mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif,
dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi sosial adalah
kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama pendidik, teman sejawat, dan masyarakat sekitar,
sementara kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam. Secara eksplisit empat kompetensi ini agaknya hanya
ditekankan bagi seorang guru, namun sebenarnya juga berlaku bagi seorang dosen.
Bahwa siapa pun yang akan menjadi tenaga pendidik, dosen ataupun guru,
seharusnya mempunyai empat kompetensi di atas.
Setiap tenaga pendidik harus
mempunyai kemampuan menyampaikan materi yang dimiliki kepada peserta didik
secara tepat. Untuk itu, pemahaman tentang konsep pendidikan, belajar dan
psikologi orang dewasa perlu dimiliki seorang tenaga pendidik. Sebab, kita
mungkin sering mendengar ada seorang tenaga pendidik yang sangat diakui
keilmuannya namun ketika mengajar di kelas sama sekali tidak dipahami oleh
peserta didik. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu peserta
didik yang di bawah standar atau tenaga pendidik yang tidak memahami audiens.
Dalam ilmu pendidikan, kemungkinan yang kedua lebih menjadi penyebab utama.
Bahwa seorang tenaga pendidik seharusnya lebih mengenal peserta didik dan tahu
cara bagaimana menyampaikan materi secara tepat.
Bertolak dari kasus tersebut, sudah
seharusnya seorang tenaga pendidik dan calon tenaga pendidik mempunyai
kemampuan pedagogis agar apa yang disampaikan di kelas dapat dipahami oleh
peserta didik yang pada akhirnya dapat mencerahkan mereka. Kemampuan pedagogis
yang dimaksud di sini antara lain terkait dengan metode pembelajaran, teknik
mengelola kelas, menggunakan media, teknik mengevaluasi sampai melakukan
refleksi proses pembelajaran. Yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa
mengajar adalah bukan sekedar proses penyampaian atau penerusan pengetahuan.
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu penggunaan secara
`integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan.
Pengintegrasian
keterampilan-keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan diarahkan
oleh suatu wawasan. Sedangkan aplikasinya secara unik dalam arti secara
simultan dipengarhi oleh semua komponen belajar-mengajar. Komponen yang
dimaksud yaitu tujuan yang ingin dicapai, pesan yang ingin disampaikan, subjek
didik, fasilitas dan lingkungan belajar, serta yang tidak pentingnya
keterampilan, kebiasaan serta wawasan tentang diri dan misi seorang guru/dosen
sebagai pendidik.
Kompetensi dasar mengajar dalam
tulisan ini lebih dimaksudkan sebagai pengetahuan dasar pembelajaran yang perlu
dipahami seorang tenaga pendidik. Sebagai sebuah kemampuan minimal, maka
seorang tenaga pendidik harus mampu melakukan inovasi dan kreatifitas dalam
pembelajaran. Terlebih bahwa jika yang dihadapi adalah manusia dewasa yang
sudah mempunyai pengetahuan dan kemandirian berpikir meskipun masih perlu
pendampingan dan mitra belajar. Untuk itu, semangat terus belajar dan menambah
wawasan tentang kependidikan harus dilakukan seorang tenaga pendidik, apa pun
pelajaran/matakuliah yang diampu dan apa pun latar belakang pendidikannya,
termasuk tenaga pendidik yang berlatar belakang kependidi.[8]
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar,
Bandung: Pusaka Setia, 2003, hal 47.
Ahmad Rohani,
Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, hal
http://wordnetweb.princeto.edu/perl/webwn?s=strategy.Online,07,maret,2011.
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004, hal 63.
Amstrong. 1992. Supervisi Pengajaran, Jakarta, Rineka
Cipta.
A.Tabrani Rusyan dkk. 1990. Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar, Jakarta, Remaja Karya.
Darmaji, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta. Cet. Ke-2
Dedi Supriawan dan A Benyamin
Surasega.1999.Strategi Belajar Mengajar.Bandung:FPTK-IKIP
Bandung.
Mulyasa.2004.Implementasi
Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.Bandung; PT.Remaja Rosdakarya
Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan
Belajar Berkelompok, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm 25.
Lie,
A, Cooperative
Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. (Jakarta :
Grasindo, 2007), hlm 68.
Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta:
DEPAG RI, 2009, hal 37.
Mudjiono Dimyati, Belajar
dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm 79.
Ngalimun, dkk..2015.strategi
dan model pembelajaran. Yogyakarta;Aswaja Pressindo.
Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar
Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2007, hal 46.
Rosdayana,
Dede.2004. Paradigma Pendidikan Demokratis:Jakarta.Kencana.
Slavin R. E, Coopertative
Learning Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung : Nusa Media, 2008), hlm 107.
S. Nasution. 1995. Didaktik Asas-asas Mengajar.
Jakarta, Bumi Aksara.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar,
Surabaya, Usaha Nasional.
Sukirman, Dadang. 2010. Keterampilan
Dasar Mengajar. \Pasca sarjana UPI\Strategi
pembelajaran fisika\BAHAN\06 Keterampilan Dasar Guru\makalah ket das
mengajar
S. Nasution. 1995. Didaktik Asas-asas Mengajar.
Jakarta, Bumi Aksara.
Wati, Widya. 2010. Keterampilan
Dasar Guru, \Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran\Katerampilan Dasar Guru
[4]
Soetomo.
Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya, Usaha Nasional. 1993.
[5] Sukirman,
Dadang. 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. \Pasca sarjana UPI\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\06 Keterampilan
Dasar Guru\makalah ket das mengajar
[6] Wati, Widya.
Keterampilan Dasar Guru, \Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran\Katerampilan
Dasar Guru. 2010.
[8] Wati, Widya. Keterampilan Dasar
Guru, \Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran\Katerampilan Dasar Guru. 2010.
0 komentar:
Post a Comment