Pages

Wednesday, September 11, 2019

TEKNIK DAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR


TEKNIK DAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

A.    Pengertian teknik dan keterampilan mengajar
Teknik pembelajaran adalah siasat atau cara yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar untuk dapat memperoleh hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik Pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.[1]
Istilah mengajar sering digandengkan dengan belajar, sehingga sudah menjadi satu kalimat majemuk “kegiatan belajar mengajar” (KBM),  proses belajar mengajar (PBM) dan untuk menyebutkan kedua istilah tersebut, saat ini disatukan dengan “pembelajaran”. Dengan demikian jika disebut “pembelajaran” itu berarti menunjukkan proses kegiatan yang melibatkan 2 unsur yaitu belajar dan mengajar. Mengajar merupakan kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh guru, dosen, atau instruktur dalam mengatur dan mengelolah lingkungan belajar untuk mendorong aktivitas belajar siswa atau pelajar. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa atau pelajar merespon lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Fokus pembahasan dalam tulisan ini di arahkan pada unsur mengajar, kalaupun ada unsur belajar dibahas semata hanya untuk mempertegas dan memperjelas pembahasan mengajar itu sendiri.
Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang sudah lama (tradisional) sampai pada pengertian yang terbaru (kontemporer). Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau pengetahuan dari  guru, dosen, atau instruktur kepada siswa. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut, inti dari mengajar adalah proses menyampaikan (transfer) atau memindahkan. Memang dalam mengajar ada unsur menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, atau instruktur kepada siswa. Akan tetapi pengertian memindahkan tersebut bukan seperti seorang memindahkan air minum dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Air yang dipindahkan dari satu cangkir ke cangkir yang lain volumenya akan tetap sama bahkan karena mungkin terjadi proses penguapan, maka volume air yang dipindahkan itu akan semakin berkurang (menyusut) dari keadaan sebelumnya. Oleh karena itu mengajar yang diartikan proses menyampaikan (transfer), maknanya adalah “menyebarluaskan/memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara maksimal.[2]
Makna lain dari pengertian mengajar sebagai proses menyampaikan, selain upaya menyebarluaskan dan memperkaya pengalaman belajar siswa ialah menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menanamkan satu pohon mangga, maka kemudian akan menghasilkan beberapa cabang dan ranting dan dari situlah keluar mangga yang banyak. Dari ilustraasi tersebut bahwa mengajar sebagai proses transfer adalah menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga potensi berfikir (pengetahuan), sikap, keterampilan, kebiasaan dan kecakapan yang dimiliki siswa akan berkembang secara optimal.
            Perkembangan berikutnya pengertian mengajar, yang kini banyak dianut yaitu suatu proses mengatur dan mengelola lingkungan belajar agar berinteraksi dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Inti pengertian mengajar (tradisonal maupun kontemporer) keduanya sama yaitu untuk mengubah perilaku siswa, yakni dimiliki dan terkembangkannya pengetahuan/wawasan berfikir, sikap, kebiasaan, dan keterampilan/kecakapan atau yang lebih populer perubahan berkenaan dengan: pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perbedaanya terletak pada proses upaya merubah tingkah laku tersebut. Pandangan lama melalui proses menyampaikan (transfer) yang kadang-kadang sering diartikan sempit, hanya terbatas sebagai proses menyampaikan atau memindahkan pengetahuan dan keterampilan saja, sedangkan pada pengertian yang baru, bahwa perubahan perilaku tersebut dilakukan dengan cara “mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi dengan siswa”.
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh guru, dosen, atau instruktur, yaitu: 1) menguasai materi atau bahan ajar yang diajarkan (what to teach), 2) menguasai metodelogi atau cara untuk membelajarkannya (how to teach). Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek nomor 2, yaitu cara membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap guru, dosen, atau instruktur, karena mengajar bukan sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai.[3]
           
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, atau instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional.  Dengan demikan keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, atau instruktur dalam melakasanakan tugasnya.[4]

B.      Keterampilan dasar mengajar
1.        Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk dalam komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.
Keterampilan bertanya dibedakan atas :
               Keterampilan bertanya dasar : mempunyai beberapa komponen yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan,
               Ketrampilan bertanya lanjut : lanjutan dari bertanya dasar yang mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa.

        Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan adalah:
       a.         Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
       b.        Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
       c.         Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
       d.        Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
       e.         Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
       f.         Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
       g.        Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
       h.        Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.

      2.      Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.   Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis. Komponen-komponen itu adalah : [5]
               Penguatan verbal : diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
               Dan penguatan non-verbal : terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh.
Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.

      3.      Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah memberikan respon yang bervariasi (berbeda atau berganti-ganti). Melalui variasi stimulus ini dimaksudkan untuk menjaga agar suasana pembelajaran selalu menarik, tidak membosankan, sehingga siswa selalu menunjukkan sikap antusias, bergairah, penuh perhatian, dan selalu berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
      1.      Variasi dalam pola interaksi pembelajaran.
      2.      Variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran.
      3.      Variasi penggunaan metode serta gaya mengajar.

      4.      Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik. Adapun terdapat komponen-komponen keterampilan dasar mengajar menjelaskan adalah sebagai berikut:[6]
      1.      Komponen merencanakan
      2.      Penyajian suatu penjelasan
      3.      Pemberian tekanan
      4.      Penggunaan balikkan

        Tujuan Keterampilan Menjelaskan
      1.      Membimbing peserta didik memahami materi yang dipelajari.
      2.      Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah.
      3.      Memberi balikan kepada peserta didik mengenai tingkat pemahamannya, dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
      4.      Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran, serta menggunakan bukti-bukti dalam pmecahan masalah.
      5.      Menolong peserta didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.

      5.      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Adapun tujuan membuka pelajaran antara lain, yaitu :
      1)      menarik perhatian siswa;
      2)      menumbuhkan motivasi belajar siswa;
      3)      memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan.
Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.  Tujuan kegiatan menutup pelajaran yaitu untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai hasil belajar yang telah dikuasainya. Kegiatan-kegiatan dalam menutup pelajaran misalnya : merangkum atau membuat garis besar permasalahan yang dibahas, memberikan tindak lanjut, dan lain-lain.

      6.      Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.

      7.      Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentif) berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif keterampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Pengelolaan kelas tidak hanya berwujud pengaturan ruangan dan tempat duduk,akan tetapi juga dalam bentuk interaksi yang baik dengan siswa, dan penciptaan hubungan guru dan siswa, dan hubungan antara siswa yang baik. Perwujudan pengelolaan kelas yang baik adalah terciptanya kondisi yang optimal untuk proses belajar-mengajar yang efektif.

      8.      Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Komponen keterampilan yang digunakan adalah :[7]
               keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi,
               keterampilan mengorganisasi,
               keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, dan
               keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

       Pentingnya Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara itu, tenaga pendidik adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan munculnya UU ini guru/dosen sudah diakui sebagai tenaga professional setara dengan profesi lain. Yang dimaksud profesional di sini adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Karena sebagai tenaga profesional, maka seorang pendidik harus mempunyai kompetensi tertentu disyaratkan. Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut UU seorang pendidik harus mempunyai empat kompetensi, yaitu pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional.
Kompetensi pedagogis adalah kemampuan seorang pendidik mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama pendidik, teman sejawat, dan masyarakat sekitar, sementara kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Secara eksplisit empat kompetensi ini agaknya hanya ditekankan bagi seorang guru, namun sebenarnya juga berlaku bagi seorang dosen. Bahwa siapa pun yang akan menjadi tenaga pendidik, dosen ataupun guru, seharusnya mempunyai empat kompetensi di atas.
Setiap tenaga pendidik harus mempunyai kemampuan menyampaikan materi yang dimiliki kepada peserta didik secara tepat. Untuk itu, pemahaman tentang konsep pendidikan, belajar dan psikologi orang dewasa perlu dimiliki seorang tenaga pendidik. Sebab, kita mungkin sering mendengar ada seorang tenaga pendidik yang sangat diakui keilmuannya namun ketika mengajar di kelas sama sekali tidak dipahami oleh peserta didik. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu peserta didik yang di bawah standar atau tenaga pendidik yang tidak memahami audiens. Dalam ilmu pendidikan, kemungkinan yang kedua lebih menjadi penyebab utama. Bahwa seorang tenaga pendidik seharusnya lebih mengenal peserta didik dan tahu cara bagaimana menyampaikan materi secara tepat.
Bertolak dari kasus tersebut, sudah seharusnya seorang tenaga pendidik dan calon tenaga pendidik mempunyai kemampuan pedagogis agar apa yang disampaikan di kelas dapat dipahami oleh peserta didik yang pada akhirnya dapat mencerahkan mereka. Kemampuan pedagogis yang dimaksud di sini antara lain terkait dengan metode pembelajaran, teknik mengelola kelas, menggunakan media, teknik mengevaluasi sampai melakukan refleksi proses pembelajaran. Yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa mengajar adalah bukan sekedar proses penyampaian atau penerusan pengetahuan. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu penggunaan secara `integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan.
Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu wawasan. Sedangkan aplikasinya secara unik dalam arti secara simultan dipengarhi oleh semua komponen belajar-mengajar. Komponen yang dimaksud yaitu tujuan yang ingin dicapai, pesan yang ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, serta yang tidak pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan tentang diri dan misi seorang guru/dosen sebagai pendidik.
            Kompetensi dasar mengajar dalam tulisan ini lebih dimaksudkan sebagai pengetahuan dasar pembelajaran yang perlu dipahami seorang tenaga pendidik. Sebagai sebuah kemampuan minimal, maka seorang tenaga pendidik harus mampu melakukan inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaran. Terlebih bahwa jika yang dihadapi adalah manusia dewasa yang sudah mempunyai pengetahuan dan kemandirian berpikir meskipun masih perlu pendampingan dan mitra belajar. Untuk itu, semangat terus belajar dan menambah wawasan tentang kependidikan harus dilakukan seorang tenaga pendidik, apa pun pelajaran/matakuliah yang diampu dan apa pun latar belakang pendidikannya, termasuk tenaga pendidik yang berlatar belakang kependidi.[8]





























DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pusaka Setia, 2003, hal 47.
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, hal
http://wordnetweb.princeto.edu/perl/webwn?s=strategy.Online,07,maret,2011.
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, hal 63.
Amstrong. 1992. Supervisi Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta.
A.Tabrani Rusyan dkk. 1990. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Remaja Karya.
Darmaji, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta. Cet. Ke-2
Dedi Supriawan dan A Benyamin Surasega.1999.Strategi Belajar Mengajar.Bandung:FPTK-IKIP Bandung.
Mulyasa.2004.Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.Bandung; PT.Remaja Rosdakarya
Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm 25.
Lie, A,  Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. (Jakarta : Grasindo, 2007), hlm 68.
Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009, hal 37.
Mudjiono Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm 79.
Ngalimun, dkk..2015.strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta;Aswaja Pressindo.
Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2007, hal 46.
Rosdayana, Dede.2004. Paradigma Pendidikan Demokratis:Jakarta.Kencana.
Slavin R. E, Coopertative Learning Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung : Nusa Media, 2008), hlm 107.
S. Nasution. 1995. Didaktik  Asas-asas Mengajar. Jakarta, Bumi Aksara.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya, Usaha Nasional.
Sukirman, Dadang. 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. \Pasca sarjana UPI\Strategi     pembelajaran fisika\BAHAN\06 Keterampilan Dasar Guru\makalah ket das mengajar
S. Nasution. 1995. Didaktik  Asas-asas Mengajar. Jakarta, Bumi Aksara.
Wati, Widya. 2010. Keterampilan Dasar Guru, \Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran\Katerampilan Dasar Guru



[1] S. Nasution. Didaktik  Asas-asas Mengajar. Jakarta, Bumi Aksara. 1995.
[2] Amstrong. Supervisi Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta. 1992.
[3] A. Tabrani Rusyan dkk.. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Remaja Karya. 1990
[4] Soetomo. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya, Usaha Nasional. 1993.
[5] Sukirman, Dadang. 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. \Pasca sarjana UPI\Strategi     pembelajaran fisika\BAHAN\06 Keterampilan Dasar Guru\makalah ket das mengajar
[6] Wati, Widya. Keterampilan Dasar Guru, \Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran\Katerampilan Dasar Guru. 2010.
[7] Darmaji, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta. Cet. Ke-2
[8] Wati, Widya. Keterampilan Dasar Guru, \Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran\Katerampilan Dasar Guru. 2010.

0 komentar:

Post a Comment

Search This Blog