STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Salah satu pendekatan atau strategi pembelajaran yang memungkinkan
tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran sekaligus penguasaan nilai-nilai
tersebut adalah strategi pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi yang tepat untuk mengembangkan nilai-nilai sosial
tersebut sekaligus mencapai tujuan-tujuan kognitif. Bagaimana pembelajaran
kooperatif dapat mengembangkan atau meningkatan penguasaan dan penerapan kedua
aspek tersebut sekaligus dapat diuraikan sebagai berikut.
A. Pengertian
Pembelajaran Kooperatif
Sejak
diterapkannya pertama kali di Universitas John Hopkins, pembelajaran kooperatif
telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian yang bertujuan
untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif,
mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui
aktivitas belajar kelompok.[1]
Para
ahli dan peneliti pembelajaran kooperatif, mendefinisikan bahwa pembelajaran
kooperatif pada intinya adalah suatu strategi pembelajaran yang terstruktur
secara sistematis di mana siswa-siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil
dengan anggota antara empat sampai lima orang secara heterogen untuk mencapai
tujuan-tujuan bersama.
Cooperative learning merujuk
pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama
lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan, dan
berargumentasi untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman
masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar
kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan
tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara
terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota
kelompok.[2]
Agus
Suprijono mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih
luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran
kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas
dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang
untuk membantu siswa menyelesaikan
masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada
akhir tugas.[3]
Anita Lie
menguraikan model pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo
homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, filsafat ini menekankan
bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah
kunci seseorang dapat menempatkan dirinya di lingkungan sekitar. Panintz (Agus
Suprijono, 2009: 54) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran
kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas
dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang
untuk membantu siswa menyelesaikan masalah
yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.[4]
Dari beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari
siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki
dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama
mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.
Mengacu pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa suatu pembelajaran dikatakan merupakan pembelajaran kooperatif jika
pembelajaran tersebut mencerminkan karakteristik sebagai berikut: a)
siswa-siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai enam
anggota dengan level dan latar belakang yang bervariasi, b) siswa-siswa
melakukan interaksi sosial satu sama lain dalam bentuk diskusi, curah pendapat,
dan sejenisnya, c) tiap-tiap individu memiliki tanggungjawab dan sumbangannya
bagi pencapaian tujuan belajar baik tujuan individu maupun kelompok, d) dan
guru lebih berperan sebagai fasilitator dan coacher
dalam proses pembelajaran.
B.
Tujuan Pembelajaran
Kooperatif
Tujuan yang paling penting dari model
pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep,
kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota
masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Wisenbaken mengemukakan
bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang
proakademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki
pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.[5]
C.
Manfaat Strategi Pembelajaran Kooperatif
Sadker
menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan
keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga
memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.
1.
Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur
kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;
2.
Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif
akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar
untuk belajar;
3.
dengan
pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya,
4.
Dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan
yang positif (interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti;
5. Pembelajaran
kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang
berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.[6]
D.
Ciri-Ciri Strategi Pembelajaran Kooperatif
Isjoni
memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut.
1)
Setiap anggota memiliki peran;
2)
Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa
3)
Setiap anggota
kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya;
4)
Guru membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok,
5) Guru hanya
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.[7]
Beberapa elemen yang menjadi karakteristik
pembelajaran kooperatif (menurut para ahli pembelajaran kooperatif) tersebut
adalah:
a. Saling
ketergantungan positif (positive interdependence),
b. Interaksi tatap muka (face-to-face
promotive interaction),
c. Tanggungjawab individual (individual
accountability,
d. Keterampilan-keterampilan kooperatif (cooperative skills),
e. Proses kelompok (group
proces),
f.
Pengelompokan siswa secara
heterogen, dan
g. Kesempatan yang sama untuk sukses (equal opportunities for success).
Dengan kata lain, dalam pembelajaran
kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk
sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan
tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah.
Melalui interaksi belajar yang efektif
siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir
tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model atau
strategi pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa menguasai materi pada
tingkat penguasaan yang relatif sama.[8]
Tiga konsep
sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana
dikemukakan Slavin yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu,
dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
1.
Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan
kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh
jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan
kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan
saling peduli.
2.
Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran
individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik
beratkan pada aktivitas anggota kelompok yanng saling membantu dalam belajar.
Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap
untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
3.
Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran
kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan
peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan
menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah,
sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.[9]
Karakteristik pembelajaran kooperatif
yaitu :
a)
Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai
tujuan, oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua
anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran yang ditentukan oleh keberhasilan
tim.
Setiap kelompok bersifat heterogen :
artinya, kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis
kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar
setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan
menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan kelompok.
b)
Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Sebagaimana
pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan,
fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam
pembelajaran koopiratif fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan
secara efektif. ini misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara
mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain
sebagainya. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran
yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati
bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur
tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan
bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik
melalui tes maupun nontes.
c)
Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan
pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh
sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran
kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung
jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu, ini
misalnya yang pintar perlu membantu yang kurang mampu.
d) Keterampilan Bekerja Sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian
dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam
keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan
sanggup berinteraksi dan berkornunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu
dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi,
sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan
memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.[10]
E. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif
1.
Keunggulan pembelajaran cooperatif
Mulyadiana menyatakan bahwa keunggulan
pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya :
a) Melalui pembelajaran
kooperatif siswa diharapkan tidak terlalu berharap pada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri sehingga menemukan informasi
dan berbagai sumber dan belajar dan siswa yang lain.
b) Pembelajaran
kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan
kat-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c) Pembelajaran
kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d) Pembelajaran
kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
e) Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akadernik dan non akademik
f) Melalui pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,
menerima umpan balik.
g) Pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil)[11].
2. Keterbatasan
Pembelajaran Kooperatif
Mulyadiana menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif memiliki keterbatasan, di antaranya :
a)
Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran
kooperatif memang butuh waktu karena terdapat perbedaan antara siswa yang
memiliki kelebihan dan siswa yang merasa kurang.
b)
Ciri utama
dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling bekerjasama dalam
memecahkan permasalahan.
c)
Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran
kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
d)
Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
panjang.
e) Kemampuan bekerja
sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak
aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara
individual.[12]
F. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Fase
1 : Present goals and set Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
|
Menjelaskan
tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa siap belajar
|
Fase 2
: Present information
Menyajikan
informasi
|
Mempresentasikan
informasi kepada siswa secara verbal
|
Fase 3 : Organize students into learning teams
Mengorganisir
siswa ke dalam tim-tim belajar
|
Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
|
Fase 4 : Assist team work and studeny
Membantu
kerja tim dan belajar
|
Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya
|
Fase 5 : Test on the materials
Mengevaluasi
|
Menguji pengetahuan siswa mengenai
berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
|
Fase 6 : Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan
|
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun
kelompok
|
Sumber: Slavin, 2008
G. Perbedaan Pembelajaran
Kooperatif dengan Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif
|
Kelompok Belajar Tradisional
|
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu
dan saling memberikan motivai sehingga ada interaksi promotif.
|
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi
kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
|
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur
penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan
balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
|
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga
tugas- tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan
anggota kelompok lainnya hanya ‘enak-enak saja’ diatas keberhasilan temannya
yang dianggap ‘ pemborong’.
|
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dsb sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
|
Kelompok belajar
biasanya homogeny
|
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau
bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
|
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau
kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
|
Ketrampilan social yang diperlukan dalam kerja gotong
royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomu nikasi, mempercayai orang lain
dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
|
Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara
langsung.
|
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru
terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika
terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
|
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering
dilakukan oleh guru pada saat belajarkelompok sedang berlangsung.
|
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang
terjadi dalam kelompok – kelompok belajar.
|
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang
terjadi dalam kelompok – kelompok belajar.
|
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi
juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
|
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
|
sumber:
Slavin, 2008
H. Metode Pembelajaran Kooperatif
1.
Metode STAD ( Student Achievement Divisions )
Metode ini dikembangkan oleh Robert
Slavin dan kawan – kawan dari universitas John Hopkins. Metode ini digunakan
para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu,
baik melalui penilaian verbal maupun tertulis. Langkah – langkahnya :
a)
Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok atau tim, masing – masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok
memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun
kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ).
b)
Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja
akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya
jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.
c)
Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua
minggu akan mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari.
d)
Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya
terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih
prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang –
kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu
criteria atau srandar tertentu.[13]
2.
Metode Jigsaw
Langkah – langkahnya :
a)
Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri
4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
b)
Bahan akademik
disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab
untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
c)
Para anggota dari
beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu
bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu
mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar / expert group).
d)
Selanjutnya para
siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula ( home
teams )untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari
dalam kelompok pakar.
e)
Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “ home
teams “ para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah
dipelajari.[14]
3.
Metode GI ( Group Investigation )
Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak
perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi.
Dalam metode ini siswa dituntut untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi dan proses memiliki kelompok.
Langkah-langkahnya :
a)
Seleksi topik
b)
Merencanakan kerjasama
c)
Implementasi
d)
Analisis dan sintesis
e)
Penyajian hasil akhir
f)
Evaluasi selanjutnya[15]
4.
Metode struktural
Metode ini dikembangkan oleh Spencer
Kagan, yang menekankan pada struktur – struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola – pola interaksi siswa. Contoh teknik pembelajaran metode struktural yaitu
:
a. Mencari Pasangan ( Make a Match )
Dikembangkan oleh Larana Curran, dimana
keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Langkah – langkahnya :
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review ( persiapan menjelang
tes atau ujian ).
2)
Setiap
siswa mendapat satu buah kartu.
3)
Setiap siswa
mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
4)
Siswa bisa juga
bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.
5)
Para siswa mendiskusikan penyelesaian tugas secara
bersama – sama.
6) Presentasi hasil kelompok
atau kuis.
b. Dua Tinggal Dua Tamu ( Two Stay Two Stay )
Langkah-langkahnya
:
1)
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat.
2)
Siswa bekerjasama
dalam kelompok berempat seperti biasa.
3)
Setelah selesai,
dua orang dari masing – masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan
masing – masing bertamu ke dua kelompok lain.
4)
Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
5)
Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri
dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
6)
Kelompok mencocokan dan membahas hasil – hasil kerja
mereka.
c.
Keliling Kelompok
Langkah – langkahnya :
1) Salah satu siswa
dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan
pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
2) Siswa berikutnya juga ikut memberikan
kontribusinya
3) Demikian seterusnya.
Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam atau dari
kiri ke kanan.
5. Think – Pair – Share
Langkah-langkah
:
a)
Thinking : guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait
dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik.
b)
Pairing : guru meminta peserta didik berpasang –
pasangan. Member kesempatan kepada pasangan – pasangan untuk berdiskusi.
c)
Sharing : hasil diskusi intersubjektif di tiap – tiap
pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini
diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstuksian pengetahuan
secara integratif.
6.
Numbered Heads Together
Langkah – langkahnya
:
a)
Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok kecil
b)
Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab
oleh tiap – tiap kelompok. Pada kesempatan ini tiap – tiap kelompok menyatukan
kepalanya “ Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban.
c)
Guru memanggil paserta didik yang memiliki nomor yang
sama dari tiap – tiap kelompok dan memberi kesempatan untuk menjawab.
d)
Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga
peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang
utuh.
7.
The Power of Two
Langkah
– langkahnya :
a)
Ajukan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran yang kritis.
b)
Minta peserta didik menjawab pertanyaan yang diterimanya
secara perorangan.
c)
Minta peserta
didik mencari pasangan, dan masing – masing saling menjelaskan jawabannya
kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati bersama.
d)
Membandingkan jawaban – jawaban tersebut dengan pasangan
lain sehingga paserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih
integrative.
e)
Buat rumusan – rumusan rangkuman sebagai jawaban –
jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Rumusan tersebut merupakan
konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan selama diskusi.
8. Listening Team
Langkah-langkahnya
:
a) Diawali dengan
pemaparan meteri pembelajaran oleh guru.
b) Guru membagi kelas
menjadi kelompok – kelompok dan setiap kelompok memiliki peran masing – masing,
misalnya:
Kelompok 1 : kelompok penanya
Kelompok 2 : kelompok penjawab dengan perspektif tertentu
Kelompok 3 : kelompok penjawab dengan perspektif yang berbeda dari kelompok
2
Kelompok 4 : kelompok
yang bertugas mereview dan membuat
kesimpulan dari hasil diskusi.
c)
Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan
pemikiran sehingga dikusi menjadi berkualitas.
d)
Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah
dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.[16]
[1]Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan
Belajar Berkelompok, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm 25.
[2]Slavin R. E, Coopertative
Learning Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung : Nusa Media, 2008), hlm 107
[4] Slavin,
Op. Cit, hlm. 150
[5] Ibid,
hlm. 165
[7]Isjoni, Op.
Cit., hlm 77
[8]Lie,
A, Cooperative
Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. (Jakarta : Grasindo, 2007), hlm 68
[9] Ibid, hlm. 88
[10] Slavin, Op. Cit., hlm 178
[11]Lie, Op.
Cit., hlm 89
[14]Isjoni, Op.
Cit., hlm 49
0 komentar:
Post a Comment