Tahapan Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran sebagai suatu proses
kegiatan, terdiri atas tiga fase atau tahapan. Fase-fase proses pembelajaran
yang dimaksud meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanan, dan tahap
evaluasi. Adapun dari ketiganya ini akan dibahas sebagaimana berikut:
a)
Tahap Perencanaan.
Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal
dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang
optimal dalam pembelajaran.
Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu
yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan
perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu
sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah
perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat
sasaran. Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus
sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan
pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai pendekatan
dan metode yang akan di gunakan.[1]
Dalam konteks desentralisasi pendidikan seiring
perwujudan pemerataan hasil pendidikan yang bermutu, diperlukan standar
kompetensi mata pelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks lokal,
nasional dan global.Secara umum guru itu harus memenuhi dua kategori, yaitu
memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki
kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik
tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai
evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas
keguruan yang tidak semata di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah kelas.[2]
Agama islam sebagai bidang studi, sebenarnya dapat
diajarkan sebagaimana mata pelajaran lainnya. Harus dikatakan memang ada
sedikit perbedaannya dengan bidang studi lain. Perbedaan itu ialah adanya
bagian-bagian yang amat sulit diajarkan dan amat sulit dievaluasi. Jadi,
perbedaan itu hanyalah perbedaan gradual, bukan perbedaan esensial.
Beberapa prinsip yang perlu diterapkan diterapkan
dalam membuat persiapan mengajar :
- Memahami tujuan pendidikan.
- Menguasai bahan ajar.
- Memahami teori-teori
pendidikan selain teori pengajaran.
- Memahami prinsip-prinsip
mengajar.
- Memahami metode-metode
mengajar.
- Memahami teori-teori
belajar.
- Memahami beberapa model
pengajaran yang penting.
- Memahami prinsip-prinsi
evaluasi.
- Memahami langkah-langkah
membuat lesson plan.
Langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut :
- Analisis Hari Efektif dan
analisis Program Pembelajaran
Untuk mengawali kegiatan penyusunan program pembelajaran, guru perlu
membuat analisis hari efektif selama satu semester. Dari hasil analisis hari
efektif akan diketahui jumlah hari efektif dan hari libur tiap pekan atau tiap bulan
sehingga memudahkan penyususnan program pembelajaran selama satu semester.
Dasar pembuatan analisis hari efektif adalah kalender pendidikan dan kalender
umum. Berdasarkan analisis hari efektif tersebut dapat disusun analisis program
pembelajaran.
a) Membuat Program Tahunan, Program
Semester dan Program Tagihan
Program Tahunan. Penyusunan program pembelajaran selama tahun pelajaran dimaksudkan agar
keutuhan dan kesinambungan program pembelajaran atau topik pembelajaran yang
akan dilaksanakan dalam dua semester tetap terjaga.
Program Semester. Penyusunan program
semester didasarkan pada hasil anlisis hari efektif dan program pembelajaran
tahunan.
Program Tagihan. Sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, tagihan merupakan tuntutan
kegiatan yang harus dilakukan atau ditampilkan siswa. Jenis tagihan dapat
berbentuk ujian lisan, tulis, dan penampilan yang berupa kuis, tes lisan, tugas
individu, tugas kelompok, unjuk kerja, praktek, penampilan, atau porto folio.
2. Menyusun Silabus
Silabus diartikan sebagai garis besar, ringkasan,
ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Silabus merupakan
penjabaran dari standard kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan
pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standard kompetensi dan kompetensi dasar.
3. Menyusun Rencana Pembelajaran
Kalau penyusunan silabus bisa dilakukan oleh tim
guru atau tim ahli mata pelajaran, maka rencana pembelajaran seyogyanya disusun
oleh guru sebeleum melakukan kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran
bersifat khusus dan kondisional, dimana setiap sekolah tidak sama kondisi siswa
dan sarana prasarana sumber belajarnya. Karena itu, penyusunan rencana
pembelajaran didasarkan pada silabus dan kondisi pembelajaran agar kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung sesuai harapan.
4. Penilaian Pembelajaran
Penilaian merupakan tindakan atau proses untuk
menentukan nilai terhadap sesuatu. Penilaian merupakan proses yang harus
dilakukan oleh guru dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Prinsip penilaian
antara lain Valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan
objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, bermakna.
b)
Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap implementasi atau tahap
penerapan atas desain perencanaan yang telah dibuat guru. Hakikat dari tahap
pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap
ini, guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai
strategi metode dan tekhnik pembelajaran, serta pemanfaatan seperangkat media.[3]
Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya ialah:
- Aspek pendekatan dalam
pembelajaran
Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi,
wawasan teoritik dan asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai guru tentang hakikat
pembelajaran. Mengingat pendekatan pembelajaran bertumpu pada aspek-aspek dari
masing-masing komponen pembelajaran, maka dalam setiap pembelajaran, akan
tercakup penggunaan sejumlah pendekatan secara serempak. Oleh karena itu,
pendekatan-pendekatan dalam setiap satuan pembelajaran akan bersifat multi
pendekatan.
2. Aspek Strategi dan Taktik dalam Pembelajaran
Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya
mengimplisitkan adanya strategi. Strategi berkaitan dengan perwujudan proses
pembelajaran itu sendiri. Strategi pembelajaran berwujud sejumlah tindakan
pembelajaran yang dilakukan guru yang dinilai strategis untuk
mengaktualisasikan proses pembelajaran.
Terkait dengan pelaksanaan strategi adalah taktik
pembelajaran. Taktik pembelajaran berhubungan dengan tindakan teknis untuk
menjalankan strategi. Untuk melaksanakan strategi diperlukan kiat-kiat teknis,
agar nilai strategis setiap aktivitas yang dilkukan guru-murid di kelas dapat
terealisasi. Kiat-kiat teknis tertentu terbentuk dalam tindakan prosedural.
Kiat teknis prosedural dari setiap aktivitas guru-murid di kelas tersebut
dinamakan taktik pembelajaran. Dengan perkataan lain, taktik pembelajaran
adalah kiat-kiat teknis yang bersifat prosedural dari suatu tindakan guru
dan siswa dalam pembelajaran aktual di kelas.[4]
3. Aspek Metode dan Tekhnik dalam Pembelajaran
Aktualisasi pembelajaran berbentuk serangkaian
interaksi dinamis antara guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya.
Interaksi guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya tersebut dapat
mengambil berbagai cara. Cara-cara interaksi guru-murid atau murid dengan
lingkungan belajarnya tersebut lazimnya dinamakan metode.
Metode
merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis yang menyangkut tentang cara
bagaimana interaksi pembelajaran dilakukan. Metode dilihat dari fungsinya
merupakan seperangkat cara untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Ada beberapa
cara dalam melakukan aktivitas pembelajaran, misalnya dengan berceramah,
berdiskusi, bekerja kelompok, bersimulasi dan lain-lain. Setiap metode memiliki aspek teknis dalam
penggunaannya. Aspek teknis yang dimaksud adalah gaya dan variasi dari setiap
pelaksanaan metode pembelajaran
4. Prosedur Pembelajaran
Pembelajaran dari sisi proses
keberlangsungannya, terjadi dalam bentuk serangkaian kegiatan yang berjalan
secara bertahap. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari satu tahap ke tahap
selanjutnya, sehingga terbentuk alur konsisten. Tahapan pembelajaran yang
konsisten yang berbentuk alur peristiwa pembelajaran tersebut merupakan
prosedur pembelajaran.
c)
Tahap Evaluasi
Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan
untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Pada umumnya hasil
belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk:
- Peserta akan mempunyai
perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang
diinginkan;
- Mereka mendapatkan bahwa
perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap,
sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku
yang sekarang dengan tingkah laku yang diinginkan.[5]
Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan
penilaian atas proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi adalah alat
untuk mengukur ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas dan
kualitas pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, oleh karena evaluasi
sebagai alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak ukur perencanaan dan
pengembangannya adalah tujuan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, Moekijat
(seperti dikutip Mulyasa) mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sebagai berikut:
1)
Evaluasi
belajar pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar
isian pertanyaan;
2)
Evaluasi
belajar keterampilan, dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis
keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik sendiri;
3)
Evaluasi
belajar sikap, dapat dilakukan dengan daftar sikap isian dari diri sendiri,
daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program, dan skala
deferensial sematik (SDS).
Apapun bentuk tes yang diberikan kepada peserta
didik, tetap harus sesuai dengan persyaratan yang baku, yakni tes itu harus:
- Memiliki validitas (mengukur
atau menilai apa yang hendak diukur atau dinilai, terutama menyangkut
kompetensi dasar dan materi standar yang telah dikaji);
- Mempunyai reliabilitas
(keajekan, artinya ketetapan hasil yang diperoleh seorang peserta didik,
bila dites kembali dengan tes yang sama);
- Menunjukkan objektivitas (dapat
mengukur apa yang sedang diukur, disamping perintah pelaksanaannya jelas
dan tegas sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang tidak ada
hubungannya dengan maksud tes);
- Pelaksanaan evaluasi harus efisien
dan praktis.[6]
[2] Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2004, hlm.
112.
[4] Siti Kusrini.dkk, op.cit, hlm. 130-139.
[5] E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004, Hlm.169.
0 komentar:
Post a Comment