Pages

Wednesday, July 3, 2019

MACAM-MACAM TEORI PENDIDIKAN


Macam-macam Teori Pendidikan
      Sebuah teori adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan memprediksi. Sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan dan ada yang berperan sebagai definisi menerangkan makna.[1]
   Pernyataan secara filosofis apa itu pendidikan harus diangkat pada level konsep yang tinggi, sehingga terlepas dari pengertian yang hanya melihat pendidikan sebagai kegiatan belajar mengajar saja dan suatu usaha membantu orang lain menjadi manusia terdidik, dan ini muncul sebagai fenomena sosial. Secara prinsip pernyataan filosofis harus memberi identitas pada pendidikan yang berbeda dengan yang lain bersifat “cross culture” artinya bahwa kita melihat pendidikan itu dengan konsep yang lebih luas dan lintas kultural yang memandang manusia sebagai bagian dari masyarakat sosial yang secara akumulatif mempengaruhi proses pendidikan.[2]
Teori pendidikan merupakan landasan dalam pengembangan praktik-praktik pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, dan manajemen sekolah. Kurikulum dan pembelajaran memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum dan rencana pembelajaran disusun dengan mengacu pada teori pendidikan.[3]

Ada empat teori pendidikan, yaitu:
1)    Teori pendidikan klasik (classical education).
          Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti perenialisme, essensialisme dan eksistensialisme, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi di ambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam praktiknya, pendidikan mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik. Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri. [4]
Teori pendidikan klasik berlandasakan 3 filsafat klasik yaitu:
a.       Perenialisme
    Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal, atau selalu. Dengan prinsisp keabadian itu perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan yang kacau balau, tidak menentu dan penuh rasa kebingungan seperti keadaan sekarang ini, tiada jalan lain kecuali kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji tidak lapuk kena hujan dan tiada lekang kena terik matahari yakni dasar dan pedoman tingkah laku dan perkehidupan zaman kuno dan abad tengah.[5]
b.      Esensialisme
    Corak esensialisme dibentuk oleh aliran filsafat idealisme dan realisme. Kedua aliran tersebut menjadi pendukung esensialisme secara elektik. Elektik artinya dua paham atau lebih yang menjadi satu kekuatan tanpa meleburkan dirinya masing-masing. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan harus mempunyai pegangan yang cukup kokoh kuat yaitu berupa nilai-nilai yang telah teruji , telah mampu tegak berdiri walaupun dirongrong  waktu dan memiliki tata yang jelas.[6]
c.       Eksistensialisme
    Eksistensialisme menyatakan bahwa individu menyadari identitas dirinya sebagai sebuah masalah, dan berharap, denganmenyelidiki misteri eksistensi dirinya, ia akan dapat menyingkap makna di dalam kehidupan. Eksistensialisme merupakan salah satu gerakan intelektual yang luar biasa pada abad 20, dan tetap menjadi unsur penting dalam kancah pemikiran hari ini, di samping meninggalkan sekian banyak drama dan novel abadi.[7]

2)   Teori pendidikan personal (personalized education).
            Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidikan hanya menepati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
            Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya, Francis Parker dan John Dewey memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakkannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J Rouseau tentang tabularasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah, memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.
            Teori pendidikan personal menjadi sumber bagi pengembangan kurikulum humanis,  yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).

3)   Teknologi pendidikan.
          Teknologi pendidikan, yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, yang lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya alam.
          Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa objek dan keterampilan yang mengarah kepada kemampuan vokasional. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika, dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahkan dan pola-pola kegiatan secara efisien. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Pendidik berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan  dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
          Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik. Pembelajaran dilakukan melalui metode pembelajaran individual, media buku ataupun media elektronik, sehingga pembelajar dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.

4)   Teori pendidikan interaksional.
            Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lain. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari pendidik kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada pendidik. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.
            Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk memecahkannya.[8]

               Berbagai teori pendidikan yang memberikan andil terhadap perkembangan proses belajar mengajar dan dapat menyelesaikan permasalahan pendidikan. Secara garis besar teori pendidikan dilatarbelakangi oleh aliran Empirisme, Nativisme, Konvergensi, yaitu:[9]
·         Aliran Empirisme
               Aliran Empirisme menjelaskan bahwa pembentukan dan perkembangan manusia dalam menerima informasi dan pendidikan ditentukan oleh faktor lingkungan.25 Pelopor teori ini adalah John Lock (1632-1704) seorang yang berkebangsaan Inggris yang mempunyai gagasan bahwa segala sesuatu berada dalam pikiran dan hasil dari pengalaman inderawi bukan berasal dari akal budi.26 Teori ini lebih dikenal dengan Tabularasa (a blank sheet of paper), dimana setiap individu yang lahir diumpamakan seperti kertas putih, untuk perkembangan selanjutnya faktor yang sangat mempengaruhi dan menentukan adalah lingkungan. Teori ini bersifat optimistik, dimana setiap individu yang lahir mempunyai potensi dan peluang besar untuk dapat berubah sesuai dengan lingkungan dan pengalaman yang diterima. Menurut teori ini pendidikan memegang peranan penting, karena dengan lingkungan pendidikan yang baik setiap individu akan mendapatkan proses pendidikan yang baik yang dapat menghasilkan tujuan hidup. Aliran ini berseberangan dengan aliran pendidikan nativisme.
·         Aliran Nativisme
               Aliran Nativisme berpendapat bahwa perkembangan kepribadian setiap individu hanya ditentukan oleh bawaan (kemampuan dasar) bakat serta faktor dalam bersifat kodrati.27 Faktor lingkungan dan pengalaman inderawi tidak berpengaruh sama sekali. Manusia lahir sudah memiliki bakat, kemampuan dan potensi yang alami dan tidak dapat dirubah oleh lingkungan sekitar. Tokoh teori ini seorang filosof berasal dari Jernam bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang lahir di Danzig (Polandia).28 Aliran ini disebut aliran pesimistik, karena perkembangan setiap individu tidak dapat berubah dan bersifat kodrati, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, sehingga setiap individu tidak perlu berupaya dan bekerja keras untuk merubah kehidupan ini karena semua sudah kodrati. Dalam dunia pendidikan, menurut teori ini setiap individu akan berkembang dan berhasil melakukan proses pembelajaran sesuai dengan bakat dan pembawaannya. Dari dua teori yang berkembang, melahirkan teori yang menggabungkan antara teori nativisme dan teori empirisme, teori ini disebut teori konvergensi
·         Aliran Konvergensi
               Teori Konvergensi merupakan teori perpaduan, dimana menjelaskan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor bakat/kemampuan dasar dan alam sekitar. Proses perkembangan dan pembentukan kepribadian manusia merupakan proses interaktif dan dialektis antara kemamapuan dasar dan alam lingkungan secara kesinambungan. Perkembangan pribadi sesungguhnya adalah hasil proses kerjasama kedua faktor baik internal (potensi hereditas), maupun faktor eksternal (lingkungan budaya dan pendidikan).29 Pelopor teori ini adalah Wiliam Stern (1871-1983), seorang filosof berkebangsan Jerman. Teori ini menjelaskan bahwa bakat setiap individu tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan setiap individu yang mendukung bakat tersebut. Teori ini menemukan dua garis yaitu bakat dan lingkungan memusat kesatu titik (konvergensi).

( BY : FENYSIA ALFIANA UNRAM )

[1] Prof. Dr. Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,  (Cet.9 Bandung : ALFABETA, cv, 2011),h. 2.
[2] Ibid,h.5.
[3] Abdul Kadir,op.cit,h.141.
[4] Ibid 141
[5] Dinn Wahyudin ,dkk, op.cit, h. 5.27.
[6] Ibid, h.5.14.
[7] Bryan Mage, The Strory of Philosophy,(Cet. 1, Yogyakarta: Percetakan Kanisius, 2008).h.208.
[8] Ibid,h.142-143
[9] Sholichah,AAS Siti.2018.Tori Teori Pendidikan dalam Al-Qur’an. Jurnal Pendidikan Islam. 1(07):30-31.

0 komentar:

Post a Comment

Search This Blog