Pages

Friday, July 12, 2019

CERPEN '' KEMBALI UNTUK PERGI "


KEMBALI UNTUK PERGI
( RABIATUL ADAWIYAH SMANSAMAS )
Desiran ombak yang tenang, cakrawala senja yang indah menawan. Terlihat seorang gadis yang sedang menikmati indahnya keindahan alam yang dianugrahi Tuhan. Gadis itu tinggi semampai, memiliki kulit hitam manis dengan rambut sebahu. Gadis ini benar-benar menikmati, seakan tak ingin melewatkan sedikitpun keindahan ini. Jam sudah menunnjukkan pukul 18.00 sudah seharusnya anak gadis berada dirumah, namun dia masih saja asyik menikmati indahnya alam ini. Sampai-sampai dia tidak sadar bahwa ada seorang laki-laki yang memperhatikannya sejak tadi.

Laki-laki itu semakin mendekat dan gadis itu pun tersadar bahwa ada orang yang berjalan menuju kearahnya. Tak lama terdengar suara samar-samar yang memanggil namanya “Alza”. Ia pun menoleh kebelakang dengan tatapan yang bingung sekaligus takut dan bertanya-tanya  dalam hatinya “siapa laki-laki yang memanggil namaku itu”. Dan sekarang laki-laki itu tepat berada di depan  Alza “bolehkah aku duduk disampingmu?” tanyanya. Namun alza semakin takut dengan keberadaan laki-laki itu.

Dengan suara yang terbata-bata  alza menjawab “bbboleh” laki-laki itu sekarang duduk disamping Alza “bagaimana kabarmu?”ekspresi wajah alza semakin ketakutan “apakah kita saling kenal?” ucap Alza. Laki-laki itu hanya tertawa kecil mendengar perkataan Alza. Raut wajah Alza menjadi kebingungan “kenapa kau hanya tertawa,apakah ada yang salah dengan perkataanku?”
“Tidak – tidak” jawab laki-laki itu cepat
“Lalu kenapa kau tertawa?”
“Apakah kau tidak mengenali ku?”
Apakah kita pernah  bertemu sebelumnya?” Tanya alza dengan wajah yang semakin bingung
“Apakah kau benar-benar tidak mengenaliku?” sahut laki-laki itu. “Sungguh aku tidak mengenali,siapa kamu sebenarnya?” Tanya alza balik kepada laki-laki itu. “aku David temen SD mu yang sering ngejailin kamu”. Alza terdiam sejenak mendengar perkataan itu lalu dia berkata “David? David yang nakal,yang suka bolos benarkah?”
“Iya, aku David yang dulu nakal, suka bolos, suka ngejailin orang, suka ngak ngerjain pr dan suka ngelakuin hal buruk lainnya”. “Wow aku benar-benar tidak percaya penampilanmu benar-benar berubah, kau tidak sama dengan david yang ku kenal dulu.” “Ah kamu bisa saja, aku masih sama dengan David yang dulu kamu kenal,hanya saja tinggi dan berat badanku yang bertambah” ucapnya sambil tersenyum. Tetapi dalam hatinya Alza masih saja  belum yakin  dan heran  melihat perubahan David dia  masih belum percaya dengan  semua yang dilihatnya sekarang  ini ia terus saja berpikir apakah benar dia David teman SD ku dulu?
Lamunan Alza terpecah karena David menanyakan bagaimana kabarnya saat ini, Alza tersenyum dia menjawab bahwa dia baik-baik saja seperti yang David liat saat ini. Mereka tak pernah menyangka bahwa mereka bisa bertemu kembali setelah beberapa tahun tidak pernah bertemu, lebih-lebih Alza, dia masih belum menyangka bahwa David masih benar-benar mengenalinya dengan baik. Namun mereka percaya bahwa pertemuan mereka sudah diatur oleh tuhan dan, mereka bersyukur dipertemukan kembali ditempat dan suasana yang indah  ini.

Dibenaknya Alza berpikir mengapa David bisa berada ditempat ini, apakah dia sedang liburan, namun? ini kan belum saatnya liburan tiba. Ia terus saja berpikir, dan ia memutuskan untuk menyakan hal itu langsung kepada David. Mendengar pertanyaan itu, David menjelaskan bahwa dia bisa berada disini karena ayahnya kembali ditugaskan untuk mengabdi di Desa ini, jadi dia juga ikut pindah kesini

Setelah mendengar pejelasan dari David, Alza jadi ingat kejadian 7 tahun silam saat David  harus pindah dengan alasan yang sama. Pada hari itu Alza merasa sangat sedih, walaupun David sering menjahili Alza tapi mereka memiliki hubungan pertemanan yang baik. Alza sangat merasa kehilangan sosok teman baiknya itu, namun setelah beberapa hari dari peristiwa itu Alza sudah terbiasa tanpa kehadiran David.

Tak lama, lewatlah seorang nelayan yang menenteng jaringnya ”hei anak muda apakah kalian akan diam ditempat ini, hari sudah gelap sebaiknya segeralah pulang”.  Mereka hanya terdiam mendengar perkataan nelayan itu, nelayan itupun berlalu meninggalkan mereka. Adzan magrib berkumandang David mengajak Alza untuk shalat terlebih dahulu sebelum pulang. Alza mengiyakan saran David, dan mereka segera mencari tempat untuk melaksanakan shalat.

Di lain tempat orang tua Alza gelisah memikirkan anak gadisnya yang belum pulang sampai saat ini, tidak seperti biasanya Alza pulang terlambat.ibunya mencoba menghubungi alza, namun nomer Alza tidak dapat dihubungi.kecemasan mereka semankin meningkat. Ibunya berulang kali menghubunginya namun masih saja tidak dapat dihubungi.

Setelah selesai shalat magrib David menawarkan untuk mengantarkan Alza pulang, tetapi Alza menolaknya “tidak enak dilihat orang” ucapnya.namun David tetap saja bersikeras ingin mengantarkannya pulang, akhirnya Alza setuju dengan tawaran David. Dalam perjalanan menuju rumah Alza,mereka hanya terdiam..Alza bertanya-tanya dalam hatinya mengapa  dia masih mengenaliku dengan baik walaupun sudah lama tak bertemu, dan Alza pun memecahkan  keheningan dengan bertanya “bagaimana kau bisa mengenaliku padahal kita sudah lama tidak bertemu? bagaimana aku  bisa melupakan mu, kau yang selalu membantuku dulu, kau teman terbaikku.” “Ah kau bisa saja jawab Alza dengan wajah tersipu malu.

Terlalu asyik bersendagurau hingga meraka tidak sadar sudah berada di depan rumah Alza, disana ibunya sudah berdiri dengan berbagai pertanyaan yang akan dilontarkan. Dengan suara yang sedikit agak keras ibunya memanggilnya “Alza”, kemudian Alza meenoleh kearah ibunya dan dia mengajak David untuk menemui ibunya. Iya bu tunggu sebentar “sahutnya, mereka berjalan menuju kearah pintu tempat ibu Alza berdiri. Disana Alza menjelaskan bahwa David adalah temen SD nya dulu, yang pindah waktu kelas 4, tidak puas hanya menanyakan itu ibunya juga bertanya mengapa Alza tidak dapat dihubungi.

Dengan tenang Alza menjawab bahwa baterai HP nya habis, ibu Alza menerima alasan tersebut dan  ia meminta agar Alza tidak mengulangi hal seperti ini. Alza mengangguk dan meminta maaf kepada ibunya karena sudah membuat khawatir. Begitupun David, dia meminta maaf karena telah lama mengajak Alza mengobrol sehingga Alza telat sampai rumah. Kemudian David segera berpamitan kepada ibu Alza karena dia juga pasti sedang dicari oleh orang tuanya.

Setelah mandi dan bersih-bersih Alza berbaring ditempat tidurnya, dia masih setengah percaya dengaan apa yang ia lalui hari ini. Bagaimana tidak ia  bertemu kembali dengan orang yang pertama kali ia sukai dalam hidupnya, ini yang disebut orang-orang sebagai cinta monyet. Ia terus saja senyum-senyum sendiri mengingat peristiwa yang tadi.

Keesokan harinya Alza memulai aktifitasnya seperti biasa, dia berangkat sekolah dari rumah menggunakan sepada yang dibelikan oleh ayahnya. Sesampainya disekolah ia disambut oleh temannya yang membawa gosip bahwa ada anak pindahan yang katanya lumayan ganteng, tetapi Alza tidak terlalu perduli dengan hal-hal yang seperti itu. Ia berjalan menuju ke kelasnya tak sengaja dia menabrak seseorang dan itu adalah David. Alza kaget melihat sosok David yang berada disekolahnya. Jadi kau sekolah disiniucap david. ”Iya, ada urasan apa kamu disini?tanya Alza. David menjelaskan bahwa dia adalah seorang siswa baru disekolah ini. Dalam hati Alza berkata jadi dia yang dibicarakan oleh teman-temanku tadi. David menanyakan  kepada Alza letak ruang guru.

Tak perlu berpikir lama Alza langsung mengantarkan David menuju ruang guru setelah sampai disana dia kembali menuju kelas dan megikuti proses belajar dikelas. Alza termasuk salah satu siswa yang pintar di kelas, dia selalu mendapat peringkat tiga besar. Dikelas itu dia memliki seorang temen yang begitu dekat dengannya, Nadia. Mereka saling mengenal sejak SMP dan menjadi menjadi teman baik saat itu.

Bel istirahat berbunyi Alza dan  Nadia berjalan menuju kantin, untuk sekedar membeli air botol, setelah itu mereka menuju perpustakaan untuk meminjam buku. Di perpustakaan Alza kembali bertemu dengan David. Alza melemparkan senyum kepadanya dan dia membalas senyuman Alza itu. Nadia heran melihat Alza  yang tak biasanya menyapa orang lebih dulu.
“Dia siapa?” Tanya Nadia.
Dia teman sd ku dulu, tapi dia pindah waktu kami kelas empat. SahutAlza sambil sibuk memilih buku yang akan dipinjamnya. Setelah menemukan buku yang akan dipinjam Alza langsung menyerahkan buku itu kepada petugas pepus dan segera kembali ke kelas. Tak lama setelah sampai di kelas bel masuk berbunyi,semua murid duduk kembali ditempat mereka maing-masing. Nadia dan Alza  mengikuti pelajaran dengan semangat.

Akhirnya suara yang ditunggu-tunggu oleh murid sekolahan tiba yakni suara bel pulang. Semua murid berhamburan keluar dari kelas mereka namun tidak dengan Alza dan Nadia mereka masih diam di dalam kelas. Rencana mereka akan belajar bareng untuk persiapan menghadapi penilaian tengah semester di kelas dua belas ini. Setelah mereka rasa sekolah sudah sepi mereka pun berjalan menuju mushalla sekolah dan belajar disana.

Setelah belajar beberapa materi,mereka bercanda-canda untuk menghilangkan kepenatan meski hanya beberapa menit. Jam menunjukkan pukul 16.30 Alza dan Nadia membereskan semua barang mereka dan bergegas untuk pulang. Sesampainya dirumah Alza mengucapkan salam dan mencium punggung tangan ibunya, setelah itu ia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Malam harinya setelah selesai shalat magribAlza kembali belajar dan menyiapkan buku yang akan dibawa sekolah besok.

Saat hendak mengambil bukunya dari meja belajar tak sengaja ia melihat lembaran seperti kertas tapi lebih tebal. Ia mengambilnya dan ternyata itu adalah fotonya bersama David ketika masih SD. Melihat foto itu ia kembali teringat indahnya masa SD yang pernah dilewati bersama dengan David, ia mengingat bagaimana ia mulai menyukai David. Dalam hatinya ia bertanya “apakah perasaan suka itu masih ku simpan untuk David?” “ah sudahlah, mengapa aku memkirkan hal yang tidak penting seperti ini” gumamnya. Namun ia masih saja memandangi foto itu sambil tersenyum.

Hari berganti hari tak terasa sudah tiga bulan Alza melewati masa kelas dua belasnya ini. Ia semakin akrab dengan David bahkan mereka sering menghabiskan waktu bersama dengan  belajar bareng bersama Nadia. Suatu ketika saat mereka belajar bareng Alza merasakan sikap David berubah padanya, ia merasa dilakukan istimewa oleh David. Tanpa Alza sadari David diam-diam sering memperhatikan Alza,mungkin David menyimpan rasa untuk Alza.
Saat belajar dikelas Alza tak sengaja memperhatikan Nadia, tak  biasanya Nadia senyum-senyum sendiri. Alza menjadi terheran-heran melihat perubahan sikap temannya itu. Sekarang Nadia jadi lebih banyak melamun, Alza berpikir mungkin Nadia sedang jatuh cinta. Penasaran dengan perubahan itu Alza menanyakannya langsung kepada Nadia
“Apa yang terjadi dengan mu? tak biasanya kau senyum-senyum sendiri seperti tadi.”
“Tidak, tidak terjadi apa-apa dengan ku.” Jawab Nadia dengan sedikit gugup.

Alza semakin memberikan banyak pertanyaan untuk Nadia,dan ternyata dugaan Alza benar adanya. Nadia sedang jatuh cinta tapi entah itu kepada siapa Alza belum  mengetahuinya. Sungguh Alza amat penasaran siapakah sosok laki-laki yang berhasil meluluhkan hati Nadia. Alza terus berusaha mencari siapa orangnya, namun nihil dia belum juga mendapatkan hasil.
Sampai suatu ketika Alza melihat sepertinya Nadia sedang memperhatikan seseorang “mungkin itu dia orangnya” ucap Alza dalam hati. Dan sososk yang diperhatikan Nadia rupanya David, Alza kaget melihat kejadian ini. Alza tak menyangka dia menyukai orang yang sama dengan Nadia. “Mengapa aku bisa menyukai orang yang sama dengan sahabatku sendiri, tidak  ini tidak boleh terjadi” gumamnya dalam hati.

Setelah mengetahui hal itu, Alza berusaha untuk menghilangkan perasaannya pada David. Ini memang cukup sulit bagi Alza,namun ia benar-benar berusaha sebaik mungkin. Selepas pulang dari sekolah Alza melihat Handphonenya, ada satu pesan baru nampaknya. Pesan itu datang dari David, entah dari mana ia mendapat nomer handphone Alza. David mengatakan bahwa ia ingin berbicara dengan Alza selepas pulang sekolah. Alza cukup kaget melihat pesan itu, biasanya jika David ingin bicara dengan Alza ia langsung menghampiri Alza tanpa ada pesan pemberitahuan terlebih dahulu.

Keesokan harinya, setelah bel pulang berbunyi Alza cepat-cepat membereskan semua bukunya dan segera meningggalkan kelas. Ia tak ingin Nadia melihatnya bertemu dengan David. Keluar dari kelas Alza tak langsung pulang karna David sudah menunggunya di Taman sekolah, ia menuju kamar mandi sambil menunggu Nadia pulang. Setelah ia rasa Nadia pulang ia segera menemui David. Alza merasa sedikit gugup
“ada apa?” ucap Alza
“Aku ingin membicarakan hal yang penting dengan mu” jawab David
“Sepenting itukah?”
“Iya, tapi bukan disini.”
David mengajak Alza untuk keluar dari lingkungan sekolah, menuju sebuah kedai kecil yang tidak jauh dari sekolah. Tak disangka ternyata disana David mengungkapkan perasaannya kepada Alza. Seketika Alza merasa perasaannya tercampur aduk, ia tak tahu harus berbuat apa. Apakah ia akan memilih menjaga perasaan  sahabatnya ataukah perasaanya sendiri. Alza benar-benar bingung. Melihat ekspresi wajah Alza yang bingung David memberitahu bahwa ia tidak membutuhkan jawaban langsung, ia memberikan waktu untuk Alza berpikir.Alza cukup lega mendengar itu, dan ia izin untuk pulang lebih dulu.

Malam harinya Alza benar-benar tak bisa tidur, tak tahu apa yang akan dilakukan. Disatu sisi ia tak ingin menyakiti Nadia disisi lain ia tak bisa membohongi perasaanya sendiri. Setelah berpikir lama akhirnya Alza mengambil keputusan. Pagi harinya Alza berangkat sekolah, setibanya di sekolah ia dikagetkan dengan informasi bahwa David kecelakaan

Alza benar-benar terkejut mendengar hal itu, dia sesegera mungkin mencoba menghubungi David, tetapi yang menjawab adalah ibunya David. Dia membenarkan kabar itu, David kecelakaan saat pulang dari sekolah. Alza langsung bergeas menuju tempat David dirawat tapi sayang David telah menghembuskan napas terakhirnya sebelum Alza tiba dirumah sakit.
Sesampainya disana Alza tak kuasa menahan air matanya melihat orang yang dia sayangi tebujur kaku seperti itu.
“Mengapa kau meninggalkanku secepat ini David? apakah kau tak ingin mendengar jawaban dariku?” Alza terus memandangi wajah David, ia sungguh masih belum percaya dengan semua ini.

Beberapa hari setelah kepergian David, Alza sadar bahwa dia harus merelakan David, tak ada gunanya mearatapi kepergiannya karena manusia tidak bisa mengubah apa yang sudah menjadi ketetapanNya. Sekarang Alza berusaha menjalani kehidupannya seperti sedia kala dengan semangat dari orang-orang yang ada di sekitarnya.

0 komentar:

Post a Comment

Search This Blog