KEMBALI UNTUK PERGI
( RABIATUL ADAWIYAH SMANSAMAS )
Desiran
ombak yang tenang, cakrawala
senja yang indah menawan.
Terlihat seorang gadis yang sedang
menikmati indahnya keindahan alam yang dianugrahi Tuhan. Gadis itu tinggi semampai, memiliki kulit hitam manis dengan rambut
sebahu. Gadis ini
benar-benar menikmati, seakan
tak ingin melewatkan sedikitpun keindahan ini. Jam sudah menunnjukkan pukul 18.00
sudah seharusnya anak gadis berada dirumah, namun
dia masih saja asyik menikmati indahnya alam ini. Sampai-sampai dia tidak sadar bahwa
ada seorang laki-laki yang memperhatikannya sejak tadi.
Laki-laki itu
semakin mendekat dan gadis itu
pun tersadar bahwa ada orang yang berjalan menuju kearahnya. Tak lama terdengar suara samar-samar yang
memanggil namanya “Alza”. Ia pun menoleh kebelakang dengan tatapan
yang bingung sekaligus takut dan bertanya-tanya
dalam hatinya “siapa laki-laki yang memanggil namaku itu”. Dan sekarang laki-laki itu tepat berada di depan Alza
“bolehkah aku duduk disampingmu?”
tanyanya. Namun alza semakin takut dengan keberadaan laki-laki
itu.
Dengan suara yang terbata-bata alza menjawab “bbboleh” laki-laki itu
sekarang duduk disamping Alza “bagaimana kabarmu?”ekspresi wajah alza semakin
ketakutan “apakah kita saling kenal?” ucap Alza. Laki-laki
itu hanya tertawa kecil mendengar perkataan Alza. Raut wajah Alza menjadi kebingungan “kenapa kau hanya
tertawa,apakah ada yang salah dengan perkataanku?”
“Tidak
– tidak” jawab laki-laki itu cepat
“Lalu
kenapa kau tertawa?”
“Apakah
kau tidak mengenali ku?”
“Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” Tanya alza dengan wajah
yang semakin bingung
“Apakah
kau benar-benar tidak mengenaliku?” sahut laki-laki itu. “Sungguh aku tidak
mengenali,siapa kamu sebenarnya?” Tanya alza balik kepada laki-laki itu. “aku David temen SD mu yang sering ngejailin kamu”. Alza terdiam sejenak mendengar perkataan
itu lalu dia berkata “David? David yang
nakal,yang suka bolos benarkah?”
“Iya, aku David yang dulu nakal, suka bolos, suka
ngejailin orang, suka
ngak ngerjain pr dan suka ngelakuin hal buruk lainnya”. “Wow aku benar-benar tidak percaya penampilanmu
benar-benar berubah, kau
tidak sama dengan david yang ku kenal dulu.” “Ah kamu bisa saja, aku masih sama dengan David yang dulu kamu kenal,hanya saja tinggi dan berat
badanku yang bertambah” ucapnya sambil tersenyum. Tetapi dalam hatinya Alza masih saja belum yakin
dan heran melihat perubahan David dia masih belum percaya dengan
semua yang dilihatnya sekarang ini ia terus saja berpikir apakah benar dia David teman SD ku dulu?
Lamunan
Alza terpecah karena David menanyakan bagaimana kabarnya saat
ini, Alza tersenyum dia
menjawab bahwa dia baik-baik saja seperti yang David liat saat ini. Mereka tak pernah
menyangka bahwa mereka bisa bertemu kembali setelah beberapa tahun tidak pernah
bertemu, lebih-lebih Alza, dia
masih belum menyangka bahwa David
masih benar-benar mengenalinya dengan baik. Namun
mereka percaya bahwa pertemuan mereka sudah diatur oleh tuhan dan, mereka bersyukur dipertemukan kembali
ditempat dan suasana yang indah ini.
Dibenaknya
Alza berpikir mengapa David bisa berada ditempat ini, apakah dia sedang liburan, namun? ini kan belum saatnya liburan tiba. Ia terus saja berpikir, dan ia memutuskan untuk menyakan hal itu langsung kepada David. Mendengar pertanyaan itu, David menjelaskan bahwa dia bisa berada disini karena ayahnya kembali
ditugaskan untuk mengabdi di Desa
ini, jadi dia juga ikut pindah kesini
Setelah
mendengar pejelasan dari David, Alza
jadi ingat kejadian 7 tahun silam saat David harus pindah dengan alasan yang sama. Pada hari itu Alza merasa sangat sedih, walaupun David sering menjahili Alza tapi mereka memiliki hubungan
pertemanan yang baik. Alza
sangat merasa kehilangan sosok teman baiknya itu, namun
setelah beberapa hari dari peristiwa itu Alza
sudah terbiasa tanpa kehadiran David.
Tak
lama, lewatlah seorang nelayan yang menenteng
jaringnya ”hei anak muda
apakah kalian akan diam ditempat ini, hari
sudah gelap sebaiknya segeralah pulang”. Mereka hanya
terdiam mendengar perkataan nelayan itu, nelayan
itupun berlalu meninggalkan mereka. Adzan
magrib berkumandang David
mengajak Alza
untuk shalat terlebih dahulu sebelum pulang. Alza mengiyakan saran David, dan
mereka segera mencari tempat untuk melaksanakan shalat.
Di
lain tempat orang tua Alza gelisah memikirkan anak gadisnya yang belum pulang
sampai saat ini, tidak
seperti biasanya Alza
pulang terlambat.ibunya mencoba menghubungi alza, namun
nomer Alza tidak dapat dihubungi.kecemasan mereka semankin meningkat. Ibunya berulang kali menghubunginya namun
masih saja tidak dapat dihubungi.
Setelah
selesai shalat magrib David menawarkan untuk mengantarkan Alza pulang, tetapi Alza menolaknya “tidak enak dilihat
orang” ucapnya.namun David
tetap saja bersikeras ingin mengantarkannya pulang, akhirnya Alza setuju dengan tawaran David. Dalam perjalanan menuju rumah Alza,mereka hanya terdiam..Alza
bertanya-tanya dalam hatinya mengapa dia
masih mengenaliku dengan baik walaupun sudah lama tak bertemu, dan Alza
pun memecahkan keheningan dengan
bertanya “bagaimana kau bisa mengenaliku padahal
kita sudah lama tidak bertemu? ”bagaimana aku bisa melupakan mu, kau yang selalu membantuku dulu, kau teman terbaikku.” “Ah kau bisa saja” jawab Alza dengan
wajah tersipu malu.
Terlalu
asyik bersendagurau
hingga meraka tidak sadar sudah berada di depan rumah Alza, disana ibunya sudah berdiri dengan berbagai pertanyaan yang akan dilontarkan. Dengan suara yang
sedikit agak keras
ibunya memanggilnya “Alza”, kemudian
Alza meenoleh kearah ibunya dan dia
mengajak David
untuk menemui ibunya. Iya
bu tunggu sebentar “sahutnya, mereka berjalan menuju kearah pintu tempat ibu Alza berdiri. Disana Alza menjelaskan bahwa David adalah temen SD nya dulu, yang pindah waktu kelas 4, tidak puas hanya menanyakan itu ibunya juga bertanya mengapa Alza tidak dapat dihubungi.
Dengan tenang Alza menjawab bahwa baterai HP nya
habis, ibu Alza menerima alasan tersebut dan ia meminta agar Alza tidak mengulangi hal seperti ini. Alza mengangguk dan meminta maaf kepada
ibunya karena sudah membuat khawatir. Begitupun David, dia
meminta maaf karena telah lama mengajak Alza
mengobrol sehingga Alza telat sampai rumah. Kemudian David segera berpamitan kepada ibu Alza
karena dia juga pasti sedang
dicari oleh orang tuanya.
Setelah
mandi dan bersih-bersih Alza berbaring ditempat tidurnya, dia masih setengah percaya dengaan apa
yang ia lalui hari ini. Bagaimana
tidak ia bertemu kembali dengan orang
yang pertama kali ia sukai
dalam hidupnya, ini
yang disebut orang-orang sebagai cinta monyet. Ia terus saja senyum-senyum sendiri
mengingat peristiwa yang tadi.
Keesokan
harinya Alza
memulai aktifitasnya seperti biasa, dia
berangkat sekolah dari rumah menggunakan sepada yang dibelikan oleh ayahnya. Sesampainya
disekolah ia disambut oleh temannya yang membawa gosip bahwa ada anak pindahan
yang katanya lumayan ganteng, tetapi
Alza tidak terlalu perduli dengan hal-hal
yang seperti itu. Ia
berjalan menuju ke kelasnya tak sengaja dia menabrak seseorang dan itu adalah
David. Alza kaget melihat sosok David yang berada disekolahnya. “Jadi
kau sekolah disini” ucap
david. ”Iya, ada urasan apa kamu disini?” tanya Alza. David menjelaskan bahwa dia adalah
seorang siswa baru disekolah ini. Dalam
hati Alza berkata jadi dia
yang dibicarakan oleh teman-temanku tadi. David
menanyakan kepada Alza letak ruang guru.
Tak
perlu berpikir lama Alza langsung mengantarkan David menuju ruang guru setelah sampai
disana dia kembali menuju kelas dan megikuti proses belajar dikelas. Alza termasuk salah
satu siswa yang pintar di kelas, dia
selalu mendapat peringkat tiga besar. Dikelas itu dia memliki seorang temen yang begitu dekat dengannya, Nadia. Mereka
saling mengenal sejak SMP dan menjadi menjadi teman baik saat itu.
Bel
istirahat berbunyi Alza dan Nadia berjalan menuju kantin, untuk sekedar membeli air botol, setelah itu mereka menuju perpustakaan untuk
meminjam buku. Di perpustakaan Alza kembali bertemu dengan
David. Alza melemparkan senyum kepadanya dan dia
membalas senyuman Alza itu. Nadia
heran melihat Alza yang tak biasanya menyapa
orang lebih dulu.
“Dia
siapa?” Tanya Nadia.
“Dia teman sd ku
dulu, tapi dia pindah waktu kami kelas empat”. SahutAlza sambil sibuk memilih buku yang akan dipinjamnya. Setelah menemukan
buku yang akan dipinjam Alza langsung menyerahkan buku itu kepada petugas pepus
dan segera kembali ke kelas. Tak lama setelah sampai di kelas bel masuk
berbunyi,semua murid duduk kembali ditempat mereka maing-masing. Nadia dan
Alza mengikuti pelajaran dengan
semangat.
Akhirnya suara yang
ditunggu-tunggu oleh murid sekolahan tiba yakni suara bel pulang. Semua murid
berhamburan keluar dari kelas mereka namun tidak dengan Alza dan Nadia mereka
masih diam di dalam kelas. Rencana mereka akan belajar bareng untuk persiapan
menghadapi penilaian tengah semester di kelas dua belas ini. Setelah mereka
rasa sekolah sudah sepi mereka pun berjalan menuju mushalla sekolah dan belajar
disana.
Setelah belajar beberapa
materi,mereka bercanda-canda untuk menghilangkan kepenatan meski hanya beberapa
menit. Jam menunjukkan pukul 16.30 Alza dan Nadia membereskan semua barang
mereka dan bergegas untuk pulang. Sesampainya dirumah Alza mengucapkan salam
dan mencium punggung tangan ibunya, setelah itu ia bergegas menuju kamar mandi
untuk membersihkan diri. Malam harinya setelah selesai shalat magribAlza
kembali belajar dan menyiapkan buku yang akan dibawa sekolah besok.
Saat hendak mengambil bukunya
dari meja belajar tak sengaja ia melihat lembaran seperti kertas tapi lebih
tebal. Ia mengambilnya dan ternyata itu adalah fotonya bersama David ketika
masih SD. Melihat foto itu ia kembali teringat indahnya masa SD yang pernah
dilewati bersama dengan David, ia mengingat bagaimana ia mulai menyukai David. Dalam
hatinya ia bertanya “apakah perasaan suka itu masih ku simpan untuk David?” “ah
sudahlah, mengapa aku memkirkan hal yang tidak penting seperti ini” gumamnya. Namun
ia masih saja memandangi foto itu sambil tersenyum.
Hari berganti hari tak terasa
sudah tiga bulan Alza melewati masa kelas dua belasnya ini. Ia semakin akrab
dengan David bahkan mereka sering menghabiskan waktu bersama dengan belajar bareng bersama Nadia. Suatu ketika
saat mereka belajar bareng Alza merasakan sikap David berubah padanya, ia
merasa dilakukan istimewa oleh David. Tanpa Alza sadari David diam-diam sering
memperhatikan Alza,mungkin David menyimpan rasa untuk Alza.
Saat belajar dikelas Alza tak
sengaja memperhatikan Nadia, tak biasanya Nadia senyum-senyum sendiri. Alza
menjadi terheran-heran melihat perubahan sikap temannya itu. Sekarang Nadia
jadi lebih banyak melamun, Alza berpikir mungkin Nadia sedang jatuh cinta. Penasaran
dengan perubahan itu Alza menanyakannya langsung kepada Nadia
“Apa yang terjadi dengan mu? tak
biasanya kau senyum-senyum sendiri seperti tadi.”
“Tidak, tidak terjadi apa-apa
dengan ku.” Jawab Nadia dengan sedikit gugup.
Alza semakin memberikan banyak
pertanyaan untuk Nadia,dan ternyata dugaan Alza benar adanya. Nadia sedang
jatuh cinta tapi entah itu kepada siapa Alza belum mengetahuinya. Sungguh Alza amat penasaran
siapakah sosok laki-laki yang berhasil meluluhkan hati Nadia. Alza terus
berusaha mencari siapa orangnya, namun nihil dia belum juga mendapatkan hasil.
Sampai suatu ketika Alza melihat
sepertinya Nadia sedang memperhatikan seseorang “mungkin itu dia orangnya” ucap
Alza dalam hati. Dan sososk yang diperhatikan Nadia rupanya David, Alza kaget
melihat kejadian ini. Alza tak menyangka dia menyukai orang yang sama dengan
Nadia. “Mengapa aku bisa menyukai orang yang sama dengan sahabatku sendiri, tidak ini tidak boleh terjadi” gumamnya dalam hati.
Setelah mengetahui hal itu, Alza
berusaha untuk menghilangkan perasaannya pada David. Ini memang cukup sulit
bagi Alza,namun ia benar-benar berusaha sebaik mungkin. Selepas pulang dari
sekolah Alza melihat Handphonenya, ada satu pesan baru nampaknya. Pesan itu
datang dari David, entah dari mana ia mendapat nomer handphone Alza. David
mengatakan bahwa ia ingin berbicara dengan Alza selepas pulang sekolah. Alza
cukup kaget melihat pesan itu, biasanya jika David ingin bicara dengan Alza ia
langsung menghampiri Alza tanpa ada pesan pemberitahuan terlebih dahulu.
Keesokan harinya, setelah bel
pulang berbunyi Alza cepat-cepat membereskan semua bukunya dan segera
meningggalkan kelas. Ia tak ingin Nadia melihatnya bertemu dengan David. Keluar
dari kelas Alza tak langsung pulang karna David sudah menunggunya di Taman
sekolah, ia menuju kamar mandi sambil menunggu Nadia pulang. Setelah ia rasa
Nadia pulang ia segera menemui David. Alza merasa sedikit gugup
“ada apa?” ucap Alza
“Aku ingin membicarakan hal yang
penting dengan mu” jawab David
“Sepenting itukah?”
“Iya, tapi bukan disini.”
David mengajak Alza untuk keluar
dari lingkungan sekolah, menuju sebuah kedai kecil yang tidak jauh dari
sekolah. Tak disangka ternyata disana David mengungkapkan perasaannya kepada
Alza. Seketika Alza merasa perasaannya tercampur aduk, ia tak tahu harus
berbuat apa. Apakah ia akan memilih menjaga perasaan sahabatnya ataukah perasaanya sendiri. Alza
benar-benar bingung. Melihat ekspresi wajah Alza yang bingung David memberitahu
bahwa ia tidak membutuhkan jawaban langsung, ia memberikan waktu untuk Alza
berpikir.Alza cukup lega mendengar itu, dan ia izin untuk pulang lebih dulu.
Malam harinya Alza benar-benar
tak bisa tidur, tak tahu apa yang akan dilakukan. Disatu sisi ia tak ingin
menyakiti Nadia disisi lain ia tak bisa membohongi perasaanya sendiri. Setelah
berpikir lama akhirnya Alza mengambil keputusan. Pagi harinya Alza berangkat
sekolah, setibanya di sekolah ia dikagetkan dengan informasi bahwa David
kecelakaan
Alza benar-benar terkejut
mendengar hal itu, dia sesegera mungkin mencoba menghubungi David, tetapi yang menjawab
adalah ibunya David. Dia membenarkan kabar itu, David kecelakaan saat pulang
dari sekolah. Alza langsung bergeas menuju tempat David dirawat tapi sayang
David telah menghembuskan napas terakhirnya sebelum Alza tiba dirumah sakit.
Sesampainya disana Alza tak kuasa
menahan air matanya melihat orang yang dia sayangi tebujur kaku seperti itu.
“Mengapa kau meninggalkanku
secepat ini David? apakah kau tak ingin mendengar jawaban dariku?” Alza terus
memandangi wajah David, ia sungguh masih belum percaya dengan semua ini.
Beberapa hari setelah kepergian
David, Alza sadar bahwa dia harus merelakan David, tak ada gunanya mearatapi
kepergiannya karena manusia tidak bisa mengubah apa yang sudah menjadi
ketetapanNya. Sekarang Alza berusaha menjalani kehidupannya seperti sedia kala
dengan semangat dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
0 komentar:
Post a Comment