Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, November 7, 2022

KUMPULAN TUGAS LK PPG MAPEL INFORMATIKA ( EDIT UNTUK MAPEL LAIN )

 KUMPULAN TUGAS LK PPG MAPEL INFORMATIKA



No.

Masalah yang telah  diidentifikasi

Hasil eksplorasi penyebab masalah

Analisis eksplorasi penyebab masalah

1

Pedagogik, literasi, dan numerasi

 

Peserta didik masih memiliki semangat belajar yang rendah

 

Hasil kajian literatur :

1.    Moslem, M. C., Komaro, M., & Yayat, Y. (2019). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa faktor A yang terdiri atas:

·         cita-cita/aspirasi siswa,

·         kondisi ligkungan,

·         unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

faktor B yang terdiri atas:

·         kondisi siswa

·         upaya guru dalam mengelola kelas dan kondisi siswa.

Sumber : Moslem, M. C., Komaro, M., & Yayat, Y. (2019). Faktor-Faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran aircraft drawing di SMK. Journal of Mechanical Engineering Education6(2), 258-265. (https://ejournal.upi.edu/index.php/jmee/article/view/21803) (diakses 30-08-2022)

 

2.    Rohman, A. A., & Karimah, S. (2018). Faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya:

·         tempat belajar,

·         fungsi fisik,

·         kecerdasan,

·         sarana dan prasarana,

·         waktu,

·         kebiasaan belajar,

·         guru,

·         orang tua,

·         emosional dan kesehatan,

·         serta faktor teman.

Sumber : Rohman, A. A., & Karimah, S. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa kelas XI. Jurnal At-Taqaddum10(1), 95-108.  (http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1722694&val=8655&title=FAKTOR-FAKTOR%20YANG%20MEMPENGARUHI%20RENDAHNYA%20MOTIVASI%20BELAJAR%20SISWA%20KELAS%20XI) (diakses 30-08-2022)

 

3.    Rismawati, M., Khairiati, E., & Khatulistiwa, S. P. (2020). Hasil analisis faktor ditemukan 6 faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa yang diberi nama:

·         faktor sarana belajar,

·         faktor minat,

·         faktor perhatian,

·         faktor kemampuan diri,

·         fakor teman sebaya, dan

·         faktor kesehatan

Sumber : Rismawati, M., Khairiati, E., & Khatulistiwa, S. P. (2020). nalisis Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. J-PiMat: Jurnal Pendidikan Matematika2(2), 203-212. (https://scholar.archive.org/work/a2dat2bnqbcg7kr4vs7tbuoubu/access/wayback/http://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/jpimat/article/download/860/pdf) (diakses 30-08-2022)

Wawancara :

1.   Guru

Yayan Sofyan Hadi (Waka Kurikulum SMAN 1 Masbagik & Guru Fisika SMAN 1 Masbagik)

Faktornya penyebab :

1.    Peserta didik belum mengetahui pentingnya belajar.

2.    Model pembelajaran masih klasikal

3.    Siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran

2.   Kepala Sekolah

Drs. H. Artajab, M.Pd. (Kepala SMAN 1 Masbagik) Faktor Penyebab :

1.    Dorongan dari semua pihak terutama orang tua.

2.    Belum menemukan cara belajar peserta didik

3.    Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai kebutuhan peserta didik.

3.   Rekan Sejawat :

Taufik Sutami, S.Kom (Guru Informatika SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Disiplin peserta didik tidak tertanam dari awal

2.    Gaya belajar yang digunakan guru masih konvensional

3.    Media ajar yang digunakan guru kurang menarik

4.     Pengawas :

Drs. H. Lalu Zihnan Munir, M.Pd (Pengawas Pembina SMAN 1 Masbagik). Faktor penyebab :

1.    Kurikulum yang tidak relevan

2.    Pengajaran tidak sesuai dengan bakat atau minat peserta didik

3.    Kondisi ruang kelas yang kurang kondusif.

5.   Pakar :

Ashhabul Yamin, S.Pd. (Pendamping Guru Penggerak dan Guru PPKn SMAN 1 Pringgasela). Faktor Penyebab :

1.    Gaya belajar peserta didik yang berbeda-beda

2.    Situasi pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik/kurang inovatif.

Setelah dilakukan kajian literatur dan hasil wawancara serta dikonfirmasi melalui observasi dan pengamatan , dapat diketahui penyebab masalah peserta didik masih memiliki semangat belajar yang rendah adalah sebagai berikut :

1.  Pola teacher centered masih kuat.

2.  Penerapan metode-metode konvensional masih mendominasi.

3.  Pembelajaran yang disajikan guru juga cenderung tekstual.

4.  Pola tidur peserta didik yang tidak baik.

5.  Peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.

6.  Ruang kelas yang Kurang kondusif

 

 

Minat baca peserta didik masih rendah

 

Hasil kajian literatur :

1.    Solahudin, D., Misdalina, M., & Noviati, N. (2022). Berdasarkan hasil analisis data diperoleh dua faktor penyebab kurangnya minat baca siswa, yaitu faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa yaitu :

·         kemampuan membaca,

·         memahami makna yang terkandung dalam bacaan,

·         kurangnya membiasakan membaca,

·         membaca buku atas perintah guru,

·         siswa jarang mencari buku atau bahan bacaan sesuai dengan kebutuhannya,

·         siswa yang menyelesaikan tugas melalui internet tanpa buku.

sedangkan faktor eksternal merupakan yang disebabkan oleh oleh diri siswa sendiri yaitu :

·         lingkungan sekolah kurang mendukung,

·         budaya membaca yang kurang dilingkungan sekolah,

·         program literasi belum berjalan maksimal,

·         mading sekolah yang tidak pernah diperbaharui,

·         sekolah tidak memiliki tempat khusus untuk membaca selain diperpustakaan,

·         peran perpustakaan sekolah yang belum maksimal, dan

·         pengaruh pengunaan smarthphone.

Sumber : Solahudin, D., Misdalina, M., & Noviati, N. (2022). Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 4 Tanjung Lago. Jurnal Pendidikan dan Konseling4(4), 1404-1407.

(https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/5465) (diakses 30-08-2022)

 

2.    Restutirosi, Y. N. (2022). Berdasarkan penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa penyebab rendahnya minat baca siswa IPS SMA Negeri se-Kabupaten Bondowoso adalah:

(1)  Tidak adanya kebiasaan membaca pada kalangan masyarakat, keluarga, dan lingkungan sekolah.

(2)  Rendahnya kondisi perekonomian keluarga.

(3)  Motivasi siswa yang tergolong rendah.

Sumber : Restutirosi, Y. N. (2022). Identifikasi faktor-faktor penyebab rendahnya minat baca siswa IPS SMA Negeri se-Kabupaten Bondowoso. SKRIPSI Mahasiswa UM. (http://mulok.library.um.ac.id/index3.php/69781.html) (diakses 30-08-2022)

 

3.    Suparya, I. K., Suastra, I. W., & Arnyana, I. B. P. (2022). Faktor penyebab rendahnya literasi sains siswa adalah:

a)    penggunaan buku ajar yang belum tepat,

b)    miskonsepsi siswa,

c)    pembelajaran yang tidak kontekstual,

d)    rendahnya kemampuan membaca,

e)    lingkungan dan iklim belajar,

f)     infrastruktur sekolah,

g)    sumber daya manusia,

h)    manajemen sekolah.

Sumber : Suparya, I. K., Suastra, I. W., & Arnyana, I. B. P. (2022). RENDAHNYA LITERASI SAINS: FAKTOR PENYEBAB DAN ALTERNATIF SOLUSINYA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti9(1), 153-166. (https://jurnalilmiahcitrabakti.ac.id/jil/index.php/jil/article/view/580)  (diakses 31-08-2022)

 

Wawancara

1.   Guru

H. Sudirman, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Masbagik)

1.    Daya dukung orang tua

2.    Lingkungan sekitar

3.    Bahan bacaan yang tersedia tidak banyak

4.    Motivasi dari dalam diri peserta didik masih rendah

5.    Bahan bacaan yang disediakan perpustakaan terbatas

6.    Program literasi sekolah kurang mendukung.

2.   Kepala Sekolah

Drs. H. Artajab, M.Pd. (Kepala Sekolah SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Komposisi buku atau bahan bacaan yang belum seragam

2.    Sarana dan fasilitas pendukung belum memenuhi kriteria

3.    Rasa ingin tahu peserta didik kurang.

4.    Guru tidak membiasakan peserta didik untuk membaca

3.   Rekan Sejawat

Taufik Sutami, S.Kom (Guru Informatika SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Konten yang ada pada buku pelajaran kurang menarik

2.    Peserta didik tidak biasa memanage waktu

3.    Tempat untuk membaca kurang refresentatif.

4.   Pengawas

Drs. H. Lalu Zihnan Munir, M.Pd (Pengawas Pembina SMAN 1 Masbagik). Faktor penyebab :

1.    Kemampuan membaca peserta didik masih lemah

2.    Tidak memahami manfaat dari membaca

3.    Tidak membiasakan diri membaca

5.   Pakar

Ashhabul Yamin, S.Pd. (Pendamping Guru Penggerak dan Guru PPKn SMAN 1 Pringgasela). Faktor penyebab :

1.    Peserta didik belum menemukan buku yang dibaca sesuai dengan karakteristik atau kesukaan yang dimiliki.

2.    Kurangnya sarana yang variatif disediakan oleh perpustakaan sekolah.

3.    Keteladanan dari guru

4.    Lingkungan keluarga

 

Setelah dilakukan kajian literatur dan hasil wawancara serta dikonfirmasi melalui observasi dan pengamatan , dapat diketahui penyebab masalah minat baca peserta didik masih rendah adalah sebagai berikut:

1.    Sarana bacaan kurang menarik, kurang variatif dan kurang terbaruka

2.    Guru kurang memberikan teladan membaca dan mencintai buku

3.    Gerakan literasi pagi hari tidak terlaksana optimal

4.    Siswa belum menemukan buku yang sesuai dengan yang di sukai.

5.    Peserta didik lebih suka membaca melalui media elektronik.

 

 

kesulitan belajar siswa termasuk siswa berkebutuhan khusus dan masalah pembelajaran (berdiferensiasi) di kelas berdasarkan pengalaman mahasiswa saat menjadi guru.

 

·   Peserta didik kesulitan dalam belajar bahasa pemrograman dasar.

Hasil kajian literatur :

1.    Hasanah, R. (2016).  Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar PKB yaitu

·         abnormalitas persepsi visual,

·         asosiasi visual-motor,

·         preservasi,

·         ganguan penghayatan tubuh,

·         kesulitan mengenal dan membaca simbol,

·         kesulitan dalam bahasa sintak dan membaca sintak,

·         performance IQ lebih rendah dibandingkan dengan skor Verbal IQ.

Sumber : Hasanah, R. (2016). Analisis kesulitan belajar pemrograman komputer basic siswa program studi tadris matematika tahun akademik 2015/2016.

(http://library.uinmataram.ac.id/index.php?p=show_detail&id=26419&keywords=) (diakses 01-09-2022)

 

2.    Ningrum, R. I. (2022). Faktor penyebab kesulitan siswa dalam mengerjakan soal meliputi :

·         siswa kurang dalam pemahaman konsep pemrograman,

·         tidak memahami matematika dengan baik, dan

·         kurang memahami struktur program dengan baik.

Sumber : Ningrum, R. I. (2022). Analisis kemampuan menalar siswa dalam membuat program terhadap capaian tingkat ranah kognitif pada mata pelajaran Pemrograman Dasar kelas X SMK Islam Batu. SKRIPSI Mahasiswa UM. (http://mulok.library.um.ac.id/index3.php/86339.html) (diakses 01-09-2022)

 

3.    Sthevanie, F., Wulandari, G. S., & Sulistiyo, M. D. (2022, March). Penyebab dominannya antara lain :

·         Kurangnya pemahaman terhadap materi terkait dasar-dasar algoritma

·         kondisi di lingkungan sekitar peserta yang tidak kondusif

·         jaringan internet yang tidak stabil

·         serta aktivitas paralel lain yang mengurangi fokus peserta

Sumber: Sthevanie, F., Wulandari, G. S., & Sulistiyo, M. D. (2022, March). Pelatihan Bahasa Pemrograman Python untuk Meningkatkan Kemampuan Pemrograman bagi Siswa Kelas X SMK Telkom Bandung. In COMMUNITY SERVICE SEMINAR & COMMUNITY ENGAGEMENT (COSECANT) (Vol. 1, No. 2).

(https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/cosecant/article/view/17501/17264) (diakses 01-09-2022)

 

Wawancara :

1.   Guru

Hisbiniah, S.Kom (Guru Informatika SMAN 1 Masbagik) Faktor penyebab :

1.    Peserta didik memiliki pengetahuan atau pemahaman dasar materi  pemrograman rendah.

2.    Masih ada peserta didik tidak belajar TIK pada jenjang sekolah sebelumnya.

3.    Peserta didik beranggapan materi pemrograman sulit

2.   Kepala Sekolah

Drs. H. Artajab, M.Pd. (Kepala Sekolah SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Pengenalan terhadap materi pemrograman dasar masih terbatas

2.    Belum memahami manfaat dari materi pemrograman

3.    Variasi di dalam pembelajaran materi tersebut perlu di tingkatkan.

3.   Rekan Sejawat

Taufik Sutami, S.Kom (Guru Informatika SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Peserta didik tidak memiliki pemahaman dasar tentang pemrograman

2.    Prasarana yang digunakan untuk praktik pemrograman masih terbatas

3.    Perlu ditentukan bahasa pemrograman sabagai dasar atau acuan untuk mempelajari bahasa pemrograman lanjutan

4.    Waktu untuk latihan atau praktik harus lebih banyak

4.   Pengawas

Drs. H. Lalu Zihnan Munir, M.Pd (Pengawas Pembina SMAN 1 Masbagik). Faktor penyebab :

1.    Peserta didik tidak mempelajari dasar Bahasa pemrograman

2.    Belajar Bahasa pemrograman menjadi hal yang baru dan dianggap sulit

3.    Belajar teknologi butuh waktu yang banyak.

5.   Pakar

Ashhabul Yamin, S.Pd. (Pendamping Guru Penggerak dan Guru PPKn SMAN 1 Pringgasela). Faktor penyebab :

1.    Konten/materi dari buku kurang kontekstual diterjemahkan oleh guru dalam pembelajaran

 

Setelah dilakukan kajian literatur dan hasil wawancara serta dikonfirmasi melalui observasi dan pengamatan , dapat diketahui penyebab masalah peserta didik kesulitan dalam belajar bahasa pemrograman dasar adalah sebagai berikut :

1.    Peserta didik tidak mencari referensi/ sumber belajar selain apa yang telah diberikan oleh guru

2.    Guru tidak melakukan pendekatan khusus terhadap peserta didik yang belum memiliki pemahaman.

3.    Peserta didik jarang melakukan pengulangan atau latihan.

 

 

membangun relasi/hubungan dengan siswa dan orang tua siswa.

 

Komunikasi antar guru dan orang tua peserta didik terkait pembelajaran masih kurang

 

Hasil kajian literatur :

1.    Saputra, dkk (2016), terdapat dua faktor yaitu:

-      Faktor dari orang tua:

1.    Sulit mencari orang tua dan rumah jauh

2.    Orang tua tidak perhatian

3.    Kesibukan orang tua

4.    Faktor ekonomi

5.    Orang tua yang over komunikasi

-      Faktor dari guru

1.    Kurangnya motivasi guru untuk melakukan kunjungan kepada wali murid (home visit)

2.    Kurangnya respon dari orang tua dalam proses komunikasi

3.    Sulit menyesuaikan waktu

4.    Kurang adanya kerjasama antar guru dan wali

Sumber: SAPUTRA, ISNADIE FEBRIAN. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA WALI MURID DI TK LUAR BIASA PUTRA JAYA MALANG. 2012. PhD Thesis. University of Muhammadiyah Malang.

(https://eprints.umm.ac.id/32026/) (diakses 31-08-2022)

 

2.    Ilfi Nur Diana, dkk (2020), faktor-faktor yang menghambat komunikasi antara guru/wali kelas, orangtua/wali dan peserta didik, yaitu:

·         Orangtua kesulitan menentukan waktu yang tepat untuk memperhatikan pendidikan anaknya.

·         Guru kesulitan membagi waktu karena lebih berfokus pada jadwal definitif serta beban kerja yang sekolah berikan.

·         Orangtua menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak mereka sepenuhnya kepada guru.

·         Rasa percaya diri orangtua yang masih rendah.

·         Masih terbatasnya kemampuan dan pemahaman guru dan orangtua tentang kerjasama.

Sumber: Ilfi Nur Diana, dkk (2020), Kerjasama Orang Tua dan Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Di Kelompok Bermain Mambaul Ulum

(https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-luar-sekolah/article/view/42383/36436) (diakses 31/08/2022)

 

3.    Eka Faridah Wahyuningtyas (2018), faktor-faktor yang menghambat kerjasama, yaitu:

·      Kurangnya sumberdaya yang dimiliki orangtua sehingga tidak dapat berpartisipasi penuh dalam kerjasama dengan sekolah.

·      Kurangnya informasi dari guru kepada orangtua tentang aktivitas peserta didik di sekolah.

·      Kekhawatiran dari pihak guru dan orangtua.

·      Asumsi-asumsi guru mengenai keadaaan keluarga peserta didik yang tidak tepat.

Sumber: (Eka Faridah Wahyuningtyas (2018), Pengaruh Kerjasama Antara Guru dan Orangtua Terhadap Perilaku Siswa di SMP Muhammadiyah Plus Gunung Pring)

http://eprintslib.ummgl.ac.id/2986/1/14.0401.0037_BAB%20I_BAB%20II_BAB%20III_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA_Eka%20Faridah%20Wahyuningtyas.pdf (diakses 31/08/2022)

 

Wawancara

1.   Guru

Dra. Nurpazanah (Waka Humas dan Guru BK SMAN 1 Masbagik). Faktor penyebab :

1.    Guru dan orang tua hanya berkomunikasi ketika anak memiliki masalah.

2.    Pemanfaatan media komunikasi belum optimal.

3.    Orang tua sibuk bekerja

4.    Orang tua tidak hadir ketika diminta datang kesekolah

5.   Orang tua mengirim perwakilan dari anggota keluarga untuk hadir ke sekolah.

2.    Kepala Sekolah

Drs. H. Artajab, M.Pd. (Kepala Sekolah SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Kurangnya pertemuan antara guru dan wali murid

2.    Kesibukan masing-masing sebagai guru dan wali murid menyebabkan waktu untuk berkomunikasi kurang

3.    Paradikman masyarakat atau wali murid yang mengasosiakan tugas dalam pendidikan semata-mata adalah guru.

3.   Rekan Sejawat

Taufik Sutami, S.Kom (Guru Informatika SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Kesibukan orang tua menyebabkan tidak tahu perkembangan peserta didik

2.    Pemanfaatan media komunikasi belum optimal

4.   Pengawas

Drs. H. Lalu Zihnan Munir, M.Pd (Pengawas Pembina SMAN 1 Masbagik). Faktor penyebab :

1.    Kesibukan masing-masing dari guru dan orang tua

2.    Orang tua mengganggap pendidikan sepenuhnya tanggung jawab guru atau sekolah

5.   Pakar

Ashhabul Yamin, S.Pd. (Pendamping Guru Penggerak dan Guru PPKn SMAN 1 Pringgasela). Faktor penyebab :

1.    Pemanfaatan media komunikasi belum optimal

2.    Kompetensi sosial yang dimiliki masih rendah komunikasi

Setelah dilakukan kajian literatur dan hasil wawancara serta dikonfirmasi melalui observasi dan pengamatan , dapat diketahui penyebab masalah Komunikasi antar guru dan orang tua peserta didik terkait pembelajaran masih kurang adalah sebagai berikut:

1.    Guru tidak memiliki semua kontak wali murid yang dapat dihubungi melalui media komunikasi

2.    Rendahnya SDM orang tua peserta didik

3.    Tidak ada program pertemuan rutin dengan orang tua peserta didik yang diadakan pihak sekolah

4.    Orang tua peserta didik dan guru lebih mengutamakan kewajiban pekerjaan.

 

pemahaman/ pemanfaatan model-model pembelajaran inovatif berdasarkan karakteristik materi dan siswa.

 

Guru merasa sulit menggunakan model pembelajaran inovatif

Hasil kajian literatur :

1.    Mislinawati, M., & Nurmasyitah, N. (2018). Kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran kurikulum 2013 adalah :

·         guru belum memahami langkah-langkah pembelajaran sesuai sintaks yang ada pada model pembelajaran.

·         kurang mampu menyiasati waktu yang tersedia

·         pengelolaan dan pengawasan kelas yang tidak dapat berjalan maksimal

·         ketidak aktifnya siswa dalam proses pembelajaran.

Sumber : Mislinawati, M., & Nurmasyitah, N. (2018). KENDALA GURU DALAM MENERAPKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA SD NEGERI 62 BANDA ACEH. Jurnal Pesona Dasar6(2). (http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/PEAR/article/view/12194) (diakses 30-08-2022)

 

2.   Delviyani, F. (2020).  faktor penyebab antara lain sebagai berikut:

·        Keterbatasan kemampuan guru.

·        Bahan ajar yang tersedia masih terbatas.

·        Sekolah yang kekurangan guru.

·        Sarana-prasarana yang kurang memadai.

·        Perlu perencanaan yang matang dari guru dalam menyiapkan materi ajar.

Sumber: Delviyani, F. (2020). Problematika Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Tematik Tema Benda-Benda Sekitar Kelas V Semester 2 Pada Kurikulum 2013 Di MIN 2 Deli Serdang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara). (http://repository.uinsu.ac.id/10575/1/SKRIPSI%20FIDEL%20FIX-dikonversi.pdf) (diakses 31-08-2022)

 

Wawancara :

1.   Guru

Mahsan, M.Pd (Guru PPKn dan Guru Penggerak SMAN 1 Masbagik) Faktor Penyebab :

1.    Kurangnya pemahaman guru terkait dengan model pembelajaran inovatif

2.    Kurangnya pelatihan/workshop model pembelajaran inovatif

2.   Kepala Sekolah

Drs. H. Artajab, M.Pd. (Kepala Sekolah SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Daya inovasi dan kreatifitas yang kurang

2.    Tidak membuka diri terhadap perubahan pembelajaran yang inovatif

3.    Kurangnya pelatihan atau pendidikan pembelajaran yang berbasis inovasi.

3.   Rekan Sejawat

Taufik Sutami, S.Kom (Guru Informatika SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Kurangnya pemahaman guru terkait dengan model pembelajaran inovatif

2.    Guru kurang menerapkan model pembelajaran inovatif

4.   Pengawas

Drs. H. Lalu Zihnan Munir, M.Pd (Pengawas Pembina SMAN 1 Masbagik). Faktor penyebab :

1.    Guru tidak memahami model pembelajaran inovatif

2.    Kurang motivasi guru

3.    Tidak terbiasa dengan model pembelajaran inovatif

5.   Pakar

Ashhabul Yamin, S.Pd. (Pendamping Guru Penggerak dan Guru PPKn SMAN 1 Pringgasela). Faktor penyebab :

1.    Terjebak pada mindset tentang kata inovatif

2.    Guru kurang kreatif

Setelah dilakukan kajian literatur dan hasil wawancara serta dikonfirmasi melalui observasi dan pengamatan , dapat diketahui penyebab masalah Guru merasa sulit menggunakan model pembelajaran inovatif adalah sebagai berikut :

1.    Guru masih nyaman dengan motode pembelajaran konvensional

2.    Guru tidak mencari refrensi/sumber belajar secara mandiri tentang model pembelajaran inovatif.

3.    Kurangnya kemauan guru untuk berani mencoba hal-hal baru dalam pembelajaran.

 

 

 

Materi terkait Literasi, numerasi, Advanced material, miskonsepsi, HOTS.

 

Sebagian besar guru di sekolah tidak menggunakan soal HOTS dalam asesmen sumatif yang dilakukan

 

Hasil kajian literatur :

1.    Bey, A., & Arapu, L. (2022). Faktor atau kendala :

·         selama ini guru-guru disekolah belum memperoleh pelatihan khusus tentang cara membuat soal HOTS.

·         Guru hanya memperoleh informasi dengan cara  membaca  sendiri  tentang  penyusunan  soal  HOTS  lewat  media  on  line. 

·         guru masih terbiasa membuat soal-soal LOTS dan

·         belum adanya kebijakan khusus dari sekolah tentang keharusan membuat soal HOTS dalam ujian di sekolah.

Sumber : Bey, A., & Arapu, L. (2022). Kompetensi Guru Matematika SMP dalam Membuat Soal Higher Order Thinking Skills. Jurnal Pendidikan Matematika13(2), 47-155. (http://jpm.uho.ac.id/index.php/journal/article/view/10/1) (Diakses 31-08-2022)

 

3.    Suhardjanto, S. (2021). Beberapa   kendala yang   terdapat dalam kegiatan menyusun    soal HOTS:

·         masih         kesulitan         dalam menjabarkan  KI  dan  KD  menjadi indikator yang  menuntut  kemampuan  bepikir  tinggi bagi     para     siswa. 

·         waktu pelaksanaan kegiatan  workshop  ini  masih kurang

Sumber : Suhardjanto, S. (2021). UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM MENYUSUN SOAL HOTS MELALUI WORKSHOP. Jurnal Ilmiah Pro Guru4(4), 506-514.

(http://journal2.um.ac.id/index.php/jipg/article/view/20162/7668) (diakses 31-08-2022) 

4.    Cahyaningtyas, A. P., Sari, Y., Yustiana, S., & Jupriyanto, J. (2020). Kendala yang   terdapat dalam kegiatan menyusun    soal HOTS :

·         Guru mengalami kendala dalam memilih kata kerja operasional yang sesuai

Cahyaningtyas, A. P., Sari, Y., Yustiana, S., & Jupriyanto, J. (2020). Pelatihan penyusunan soal-soal berbasis HOTS dan aplikasinya dalam pembelajaran daring di sekolah dasar. Indonesian Journal of Community Services2(2), 162-171. (http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ijocs/article/view/11352/4784)(diakses 31-08-2022)

Wawancara

1.   Guru

Kadaryanti, M.Pd. (Guru Kimia SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1. Proses pembelajaran tidak  berbasis HOTS

2. Kemampuan guru menyusun asesmen masih rendah terutama pada bagian taksonomi bloom C4-C6.

2.   Kepala Sekolah

Drs. H. Artajab, M.Pd. (Kepala Sekolah SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Keterbatasan kompetensi guru dalam asesmen atau penilaian

2.    Guru merasa terbebani dengan soal-soal berbasis HOTS

3.    Analisa asesmen HOTS lebih sulit daripada penilaian berbasis LOTS.

3.   Rekan Sejawat

Taufik Sutami, S.Kom (Guru Informatika SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Intake peserta didik yang diajar masih variatif

2.    Pemahaman guru untuk mengelompokan level soal HOTS masih rendah

4.   Pengawas

Drs. H. Lalu Zihnan Munir, M.Pd (Pengawas Pembina SMAN 1 Masbagik). Faktor penyebab :

1.    Keterbatasan waktu guru dalam menyusun soal-soal berbasis HOTS

2.    Belum memahami dalam menggunakan kata kerja operasional (KKO) untuk soal HOTS.

3.    Kurangnya sosialisasi atau penekanan kepada guru untuk menggunakan soal  HOTS

4.    Sulit dalam mengetahui kemampuan  peserta didik yang dapat menjawab atau menyelesaikan soal HOTS.

5.   Pakar

Ashhabul Yamin, S.Pd. (Pendamping Guru Penggerak dan Guru PPKn SMAN 1 Pringgasela). Faktor penyebab :

1.    Kurangnya kompetensi guru dalam hal penilaian

2.    Kesadaran diri atau kemauan guru untuk belajar

 

Setelah dilakukan kajian literatur dan hasil wawancara serta dikonfirmasi melalui observasi dan pengamatan , dapat diketahui penyebab masalah sebagian besar guru di sekolah tidak menggunakan soal HOTS dalam asesmen sumatif yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1.    Guru belum memahami hierarki taksonomi bloom

2.    Guru belum bisa mengindentifikasi hierarki taksonomi bloom keterampilan berpikir mulai dari jenjang yang rendah hingga jenjang yang tinggi (C1-C6).

 

pemanfaatan teknologi/inovasi dalam pembelajaran.

 

Guru tidak menggunakan media pembelajaran berbasis TIK   dalam pembelajaran.

 

Hasil kajian literatur :

1.    Sahelatua, L. S., Vitoria, L., & Mislinawati, M. (2018). Kendala dalam mengoperasikan IT sebagai media pembelajaran diantaranya yaitu :

·         kurangnya pengetahuan guru tentang IT,

·         kurangnya fasilitas IT yang tersedia di sekolah,

·         arus listrik di sekolah tidak normal,

·         internet tidak dapat menjangkau ke seluruh kelas,

·         serta tidak adanya kewajiban dari pihak sekolah agar guru yang mengajar harus menggunakan IT.

Sumber : Sahelatua, L. S., Vitoria, L., & Mislinawati, M. (2018). Kendala Guru Memanfaatkan Media It Dalam Pembelajaran Di Sdn 1 Pagar Air Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar3(2).

(http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/view/8579) (Diakses 31-08-2022)

 

2.    Masita, M. (2019). Problematika yang dihadapi guru dalam penguasaan TIK pada pembelajaran di MI An-Najah Sesela Kabupaten Lombok Barat yaitu:

a)    Kemampuan dasar guru dalam bidang TIK masih kurang.

b)    Ketersediaan fasilitas TIK belum memadai.

c)    Sekolah tidak mengharuskan guru menggunakan TIK dalam proses pembelajaran.

d)    Keterbatasan waktu untuk mempersiapkan media TIK.

e)    Anggapan guru materi yang ada di buku sudah cukup Kenyamanan guru menggunakan metode belajar konvensional, yang dianggap lebih mudah dan tidak menyulitkan.

f)     Tidak adanya kegiatan pelatihan-pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam bidang TIK.

Sumber : Masita, M. (2019). PROBLEMATIKA PENGUASAAN TIK (TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) GURUDALAM PEMBELAJARAN DI MI AN-NAJAH SESELA KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN AJARAN 2018-2019 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Mataram). (https://repository.ummat.ac.id/140/)(diakses 31-08-2022)

 

3.    Asmaningrum, H. P. (2018). Kendala yang dihadapi oleh guru tersebut diantaranya adalah :

·     Terbatasnya fasilitas TIK seperti komputer, LCD proyektor, dan jaringan internet.

·     Kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dan siswa

Sumber: Asmaningrum, H. P. (2018). Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi oleh guru dalam pembelajaran kimia SMA di Distrik Merauke. Magistra: Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan5(1), 048-061.

(http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/magistra/article/view/722) (diakses 31-08-2022)

 

Wawancara :

1.   Guru

Hirpan, S.Pd.I (Guru Pend. Agama Islam SMAN1 Masbagik) Faktor penyebab :

1.    Kemampuan dasar guru tentang TIK masih rendah

2.    Prasarana pendukung terkait pembelejaran TIK belum memadai

3.    Kurangnya pelatihan bagi guru tentang pembelajaran berbasis TIK.

2.   Kepala Sekolah

Drs. H. Artajab, M.Pd. (Kepala Sekolah SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Pemahaman atau kemampuan guru terkait pembelajaran TIK terbatas.

2.    Fasilitas dan sarana pendukung dalam pembelajaran TIK belum memadai

3.    Merasa nyaman dengan metode selain berbasis IT.

3.   Rekan Sejawat

Taufik Sutami, S.Kom (Guru Informatika SMAN 1 Masbagik). Faktor Penyebab :

1.    Keiginan guru untuk menggunakan media pembelajaran berbasis TIK masih rendah

2.    Masih banyak guru yang tidak memahami cara menggunakan media pembelajaran berbasis TIK

4.   Pengawas

Drs. H. Lalu Zihnan Munir, M.Pd (Pengawas Pembina SMAN 1 Masbagik). Faktor penyebab :

1.    Guru kesulitan dalam membuat pembelajaran berbasis TIK

2.    Fasilitas yang tersedia masih belum memadai

3.    Kemampuan guru dalam bidang TIK masih lemah.

5.   Pakar

Ashhabul Yamin, S.Pd. (Pendamping Guru Penggerak dan Guru PPKn SMAN 1 Pringgasela). Faktor penyebab :

1.    Mindset guru terhadap media pembelajaran TIK itu sulit

2.    Fasilitas dan sarana pendukung dalam pembelajaran TIK belum memadai.

 

Setelah dilakukan kajian literatur dan hasil wawancara serta dikonfirmasi melalui observasi dan pengamatan , dapat diketahui penyebab masalah Guru tidak menggunakan media pembelajaran berbasis TIK dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1.    Kepercayaan diri guru masih rendah dalam menggunakan dan mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran.

2.    Kompetensi guru dalam menguasai TIK  belum memadai.

3.    Daya dukung / prasarana TIK dalam pembelajaran belum maksimal.


No.

Jenis Permasalahn

Masalah yang Diidentifikasi

Analisis Identifikasi Masalah

1

pedagogik, literasi, dan numerasi.

· Pedagogik

· Pembelajaran yang  dilaksanakan tidak sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

· Peserta didik masih memiliki semangat belajar yang rendah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

· Literasi

· Minat baca peserta didik masih rendah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

· Numerasi

· Kemampuan dasar matematis peserta didik masih rendah (mengenal bilangan bulat, bilangan desimal)

Indikator

·    Kondisi peserta didik dikelas tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran / modul ajar.

Penyebab : Peserta didik belum mamahami materi prasyarat. (peserta didik belum mengenal atau menggunakan aplikasi perkantoran/Ms. Office).

 

Dampak : RPP/Modul ajar yang sudah dibuat sebelumnya tidak dapat dilaksanakan sesuai harapan.

 

 

·    Indikator: Peserta didik tidak aktif mengikuti pembelajaran kebanyakan diam aja atau berbicara dengan teman saat guru menjelaskan.

·    Penyebab : Peserta didik tidak memiliki ketertarikan untuk mengikuti pembelajaran.

Dampak : Peserta didik tidak dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru.

 

 

·    Indikator: Konten yang disajikan pada buku siswa kurang menarik bagi peserta didik.

Penyebab : Buku siswa kebanyakan berisi teks.

Dampak :

-      Peserta didik tidak dapat mengembangkan wawasan.

-      Peserta didik kurang memahami setiap aktivitas/tugas yang akan diselesaikan.

 

 

·    Indikator: Peserta didik tidak banyak berlatih bersama teman atau secara mandiri.

·    Penyebab : siswa kurang berminat dengan pelajaran perhitungan.

Dampak : Peserta didik kesulitan dalam mengikuti pelajaran pemrograman dasar.

2

kesulitan belajar siswa termasuk siswa berkebutuhan khusus dan masalah pembelajaran (berdiferensiasi) di kelas berdasarkan pengalaman mahasiswa saat menjadi guru.

·   Kesulitan belajar siswa

·   Masih ada peserta didik yang tidak mengenal istilah-istilah dalam pelajaran Informatika.

·   Masih ada Peserta didik belum mengenal perangkat komputer dan tidak bisa mengoprasikan komputer.

·   Peserta didik belum mengenal/tidak pernah menggunakan aplikasi basic (Microsoft Office).

 

Indikator

Siswa lambat dalam memahami materi yang disampaikan guru.

Penyebab : Peserta didik tidak pernah belajar pelajaran TIK/Informatika pada sekolah jenjang sebelumnya.

Dampak : Peserta didik sulit mengikuti  pelajaran teori maupun praktik.

3

membangun relasi/hubungan dengan siswa dan orang tua siswa.

·    Komunikasi antar guru dan orang tua peserta didik terkait pembelajaran masih kurang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·       Orang tua menyerahkan sepenuhnya ke pihak sekolah terkait dengan pendidikan anak.

·   Indikator :

-      Guru dan orang tua tidak pernah bertemu untuk menanyakan perkembangan peserta didik terkait pembelajaran.

-      Guru dan orang tua siswa tidak memiliki grup khusus (misal grup di whatsapp)

·   Penyebab :

-      Orang tua yang sibuk bekerja.

-      Orang tua tidak tinggal bersama anaknya (Peserta didik tinggal bersama Nenek atau family lain).

-      Orang tua tidak memiliki kontak untuk dihubungi oleh guru.

Dampak:

-      Peserta didik kurang disiplin dalam mengikuti aturan yang ada disekolah (tidur dikelas, meninggalkan kelas saat pembelajran, dan  sering  tidak masuk sekolah).

-      Peserta didik datang hanya kesekolah dan tidak memiliki target untuk memahami pelajaran yang dipelajari.

-      Guru tidak dapat menyampaikan hasil belajar peserta didik kepada orang tua.

 

·         Indikator : Orang tua tidak peduli dengan perkembangan peserta didik.

·         Penyebab :

Orang tua memiliki latar belakang pendidikan rendah.

·         Dampak :

Orang tua bersikap kurang peduli terhadap perilaku peserta didik selama disekolah.

4

pemahaman/ pemanfaatan model-model pembelajaran inovatif berdasarkan karakteristik materi dan siswa.

·      Guru masih terbiasa dengan model pembelajaran konvensional.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·       Guru merasa sulit menggunakan model pembelajaran inovatif

 

 

 

·      Indikator :

Guru terbiasa menggunakan metode ceramah ketika menyampaikan materi.

·      Penyebab :

Guru belum memahami atau mempelajari model-model pembelajaran yang inovatif

Dampak :

- Peserta didik hanya memperoleh pengetahuan dari apa yang disampaikan oleh guru.

- Peserta didik kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

- Peserta didik tidak maksimal dalam mengembangkan potensi/kemampuan yang dimiliki.

 

·     Indikator :

Guru mengajar hanya menggunakan metode klasikal.

·     Penyebab : Kurangnya motivasi guru dalam mempelajari model-model pembelajaran inovatif

·     Dampak : Guru kesulitan dalam mengimplementasikan model pembelajaran inovatif dikelas.

5

Materi terkait Literasi, numerasi, Advanced material, miskonsepsi, HOTS.

·       Kemampuan literasi dan numerasi peserta didik masih rendah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·    Sebagian besar guru di sekolah tidak menggunakan soal HOTS dalam asesmen sumatif yang dilakukan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·       Indikator :

- Siswa kesulitan dalam menemukan ide pokok dalam sebuah bacaan

- Siswa kesulitan membaca dan mebuat grafik.

·         Penyebab: Siswa lebih sering membaca status di sosial media daripada membaca buku atau materi pelajaran.

·         Dampak :

-      Peserta didik sering salah dalam menentukan ide pokok dalam sebuah bacaan.

-      Peserta didik tidak memahami/ tidak bisa membaca hasil dari grafik yang sudah di buat (integrasi ms.word dengan ms.excel)

 

Indikator :

-  Level soal yang digunakan cendrung pada level soal c2 dan C3

-  Soal jarang disertai tabel, grafik maupun narasi/teks

Penyebab:

-   Guru belum terbiasa dalam membuat soal level HOTS

-   Kurangnya motivasi guru dalam menyusun asesmen sumatif level HOTS

Dampak:

-  Peserta didik tidak terbiasa menjawab soal level HOTS

6

pemanfaatan teknologi/inovasi dalam pembelajaran.

·      Jumlah Personal Computer (PC) yang dimiliki sekolah belum memadai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·      Peserta didik tidak memanfaatkan gadget yang dimiliki.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·      Guru tidak terbiasa menggunakan media pembelajaran berbasis TIK   dalam pembelajaran.

·      Indikator :

Sekolah belum bisa memenuhi jumlah komputer sesuai dengan kebutuhan.

·      Penyebab: Pengadaan/pembelian PC di sekolah pada setiap tahunnya dibatasi (maksimal 5 unit).

·      Dampak:

- Masih ada peserta didik ada yang tidak dapat  menggunakan PC ketika pembelajaran praktik.

- Peserta didik kesulitan dalam memahami materi yang akan dipraktikan.

 

 

·      Indikator : Peserta didik tidak tahu aplikasi-aplikasi pembelajaran yang dapat digunakan melalui gadget.

·      Penyebab : Peserta didik lebih suka bermain game atau membuka media sosial.

·      Dampak :

   - Peserta didik tidak tidak dapat menyelesaikan tugas yang diperintahkan guru.

- Peserta didik hanya bisa menggunakan aplikasi yang sudah diberitahu oleh guru.

 

 

·      Indikator : Guru mengajar tidak menggunakan media (power point, video, dan aplikasi pembelajaran).

·    Penyebab :

-   Pemahaman guru tentang teknologi masih kurang.

·         Dampak :

- Guru sulit mengikuti perkembagan zaman dalam dunia pendidikan.

- Pembelajaran dikelas menjadi kurang menarik bagi peserta didik.


DOWNLOAD LK. 1.1. Identifikasi Masalah KLIK DISINI

DOWNLOAD LK. 1.2. Eksplorasi Penyebab Masalah KLIK DISINI

DOWNLOAD LK. 1.3. Penentuan Penyebab Masalah KLIK DISINI

DOWNLOAD LK. 1.4. Masalah Terpilih Yang Akan diselesaikan KLIK DISINI

DOWNLOAD LK. 2.1. Eksplorasi Alternatif Solusi KLIK DISINI

DOWNLOAD LK. 2.2. Menentukan Solusi KLIK DISINI


Search This Blog